Pages

Sunday 1 September 2013

Laos: ASEAN, Please Walk with Us

Saling mendukung untuk ASEAN sebaga Komunitas Tunggal 
(http://cunysps.wordpress.com)

Setelah menghadiri acara parenting di sekolah anak pertama saya pagi tadi, main-main sebentar di salah satu pusat permainan anak-anak, dan sempat mencoba DDR. Nah apakah DDR itu sodara-sodara? Gak lain dan gak bukan adalah Dance Dance Revolution..itu loh yang mainnya kudu diinjek-injek ngikutin musik :D hihihi emak2 penasaran bin nekat, pengen nyobain, hasilnya...sukses ngos2an aja. Hehe makanya baru sekarang punya waktu buat nulis.

Kembali ke laptop, cek punya cek, ternyata tema hari ke-6 lomba blog #10daysforASEAN makin luar biasa, perlu banyak googling data plus analisa..tampak tak sesuai dengan kerja otak akhir pekan ini maaak *_*

Tapii baiklah, mari kita mulai dengan cuplik mencuplik tugas dari panitia aseanblogger, sebagai berikut ya :

Visi ASEAN 2015 adalah menjadi ASEAN komunitas tunggal, baik di bidang ekonomi mau pun politik. Laos, atau Republik Demokratik Laos, meski sudah bergabung dengan ASEAN sejak tahun 1997, namun baru membuka diri seluas-luasnya dengan negara lain pada tahun 2004, dan melakukan kerjasama di berbagai bidang. Peran Republik Demokratik Laos di ASEAN, bisa dikatakan belum banyak berkontribusi, tenggelam di bawah bayang-bayang negara ASEAN lainnya yang semakin maju. Dengan adanya Komunitas ASEAN, diharapkan Laos menjalin kemitraan yang baik dengan  negara ASEAN lainnya
.
Jika posisi Anda adalah negara Laos, investasi diplomatik apa yang diharapkan dengan kemitraan yang terjalin dengan dunia internasional, khususnya negara-negara ASEAN.  Tuliskan pendapatmu di blog tentang hal tersebut. Fokus pada peran Laos sebagai anggota Komunitas ASEAN.


Memang tak dipungkiri, gaung dari negara Laos atau yang secara resmi disebut Republik Demokratik Rakyat Laos ini masih kurang terdengar, bahkan untuk di kawasan ASEAN.Yuuk kita ulik sedikit soal negara ini.

Menurut Wikipedia, Laos awalnya didominasi oleh Kerajaan Nanzhao. Kemudian, kekuasaan atas Laos diteruskan pada abad ke-14 oleh kerajaan lokal Lan Xang, hingga abad ke-18, setelah Thailand menguasai kerajaan tersebut. Pada abad ke-19, ketika Perancis menguasai wilayah ini dan memutuskan untuk menggabungkaan ke dalam Indochina Perancis. Sempat mengalami penjajahan Jepang selama Perang Dunia II, maka tahun 1949 negara ini memerdekakan diri dengan nama Kerajaan Laos di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong.

 Patuxai, monumen perang yang berdiri di pusat Vientiane, Laos.
(bagusseven.blogspot.com)

Rupanya negara yang terkurung di di Asia Tenggara ini, yaitu berbatasan dengan Myanmar dan Republik Rakyat Cina di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat, tak selalu membawa keuntungan. Guncangan politik di negara Vietnam, membuat Laos menghadapi Perang Indochina Kedua atau disebut juga Perang Rahasia,  kemudian menjadi faktor ketidakstabilan yang memicu lahirnya perang saudara dan beberapa kali kudeta.

Duh..duuh..membicarakan sejarah dan kondisi politik suatu negara, memang terkadang bikin kita mengernyitkan dahi. Tapi, memang hal itu harus diketahui. Sebagaimana dikatakan, masa lalu perlu dipelajari dan dihayati agar kita tahu bagaimana merencanakan masa depan kita. Hehehe itu sih kata-kata saya aja, padahal mah :)

Pada tahun 1975, kaum komunis Pathet Lao yang didukung Uni Soviet dan komunis Vietnam akhirnya mengambil alih pemerintahan Raja Savang Vatthana yang didukung Amerika Serikat dan Perancis. Setelah itu, mereka mengganti namanya menjadi Republik Demokratik Rakyat Laos yang masih berdiri hingga saat ini. Langkah selanjutnya, Laos mempererat hubungannya dengan Vietnam dan mengendurkan larangan ekonominya pada akhir dekade 1980an dan dimasukkan ke dalam ASEAN pada 1997.

Sebagaimana Vietnam yang hanya memiliki satu partai politik, demikian juga dengan Laos. Satu-satunya partai politik yang diakui di Laos adalah Partai Revolusioner Rakyat Laos (LPRP). Kepala negara Laos adalah Presiden yang ditentukan oleh parlemen dengan masa jabatan 5 tahun, sementara Kepala Pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri.

Dari sisi politik, gejolak di Laos sempat muncul dengan adanya sisa-sisa dari kelompok etnis Hmong yang beraliansi dengan Amerika Serikat ketika Perang Vietnam, yang terlibat dalam konflik bersenjata dengan rezim komunis Laos sejak 1975. Namun, syukurlah konflik ini sepertinya sudah agak mereda. Sebagian besar anggota etnis diketahui dapat Hmong berbaur kembali dengan masyarakat secara damai, dan sebagian dari masyarakat etnis tersebut meraih posisi strategis di dalam pemerintahan negara Laos.


Namun, ada satu hal yang sepertinya penting saya kemukakan sejak menulis mengenai negara-negara ASEAN. Saya bersyukur terlahir sebagai orang Indonesia, meskipun ditengah kondisi politik yang tampak carut marut, perekonomian yang tampak labil dan faktor-faktor lain yang masih perlu banyak diperbaiki, namun secara garis besar, penduduk Indonesia dapat hidup dengan aman. Meskipun ada kerusuhan atau ketidakamanan, rasanya tak sampai mengguncang seluruh tanah air. Ditambah lagi, Indonesia merupakan negara yang memiliki ragam kebudayaan dan kekayaan alam yang luar biasa, rasanya penilaian saya tak berlebihan, bukan?
 
Sektor Ekonomi sebagai Sorotan

Ada satu fokus sektor utama yang saya pikir perlu diperhatikan dari negara Laos yaitu sektor ekonomi. Sebagai negara komunis, Laos mulai melepas kontrol ekonomi dan memberi izin perusahaan swasta pada tahun 1986. Nyatanya hal itu jitu melesatkan perekonomian. Namun, sebagaimana negara berkembang, kemajuan ekonomi tersebut baru bisa dinikmati kota-kota besar seperti ibu kota Vientiane, juga kota besar Luang Prabang, Pakxe, dan Savannakhet yang mengalami pertumbuhan signifikan.

Kurangnya sarana infrastruktur di Laos seakan memperlambat laju ekonomi negara ini. Laos masih belum memiliki jaringan rel kereta api, meski ada rencana membangun rel yang menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan Jembatan Persahabatan Thailand-Laos. Sarana jalan-jalan besar yang meghubungkan pusat-pusat perkotaan, disebut Rute 13, telah diperbaiki secara besar-besaran beberapa tahun terakhir, namun pemandangan berbeda ketika kita memasuki desa-desa yang jauh dari jalan-jalan besar, desa tersebut hanya dapat diakses melalui jalan tanah, yang mungkin tidak dapat dilalui sepanjang tahun.

Sebagaimana Indonesia, sektor pertanian masih menyerap sebagian besar tenaga kerja, bahkan mencapai 80%. Untuk kegiatan pertanian, banyak dilakukan di sepanjang Sumgai Mekhong. Hasil utama pertanian Laos adalah padi dan jagung. Sementara, hasil peternakan Laos antara lain sapi, babi, kerbau, dan unggas.

Tampak salah satu pertambangan di Laos (investvine.com)


Selain itu, hasil pertambangan yang menjadi komoditas ekspor adalah timah dan garam batu. Namun, beberapa tahun terakhir, investasi asing yang baru masuk ke Laos yaitu bidang pemrosesan makanan dan pertambangan emas tampak menunjukkan kemajuan.

Kemudian, perindustrian di Laos menghasilkan timah, kayu jati, pemintalan sutera, keramik, kerajinan kulit dan kerajinan perak. Namun, industri pariwisata adalah industri dengan pertumbuhan tercepat di Laos. Tak heran karena budaya Laos seperti kesenian, budaya, tradisi Laos yang mampu menarik wisatawan asing.


Investasi Diplomatik untuk Laos

Sebagaimana Visi ASEAN 2015 adalah menjadi ASEAN komunitas tunggal, baik di bidang ekonomi mau pun politik, maka sudah selayaknya Laos mendapat perhatian. Investasi diplomatik antara negara-negara ASEAN dengan Laos terutama negara yang terlebih dahulu sudah unggul di sektor masing-masing. Dengan visi tersebut, seharusnya mampu mendukung Laos serta negara yang masih kurang beruntung lainnya.

Bagaimana caranya? Yaitu menjalin kerjasama dan dukungan dengan negara-negara ASEAN dengan masing-masing keunggulannya. Misalnya, untuk produksi pertanian, Laos dapat berguru pada Thailand yang disebut-sebut sebagai lumbung padi di Asia Tenggara ataupun Filiphina yang memiliki balai penelitian padi internasional atau Philippines Rice Research Institue. Hiks..Indonesia kemana aja ya :(

Salah seorang peneliti di Philippines Rice Research Institute (Philrice.gov.ph)

Kemudian, untuk industri timah di Laos, mereka dapat meminta dukungan dari Malaysia yang dikenal sebagai penghasil timah terbesar di dunia. Selain, hasil pertambangan Malaysia lainnya seperti bauksit, bijih besi, dan minyak bumi. 

Untuk sarana perhubungan, Laos dapat mencontoh negara Singapura yang merupakan salah satu negara ASEAN dengan sarana perhubungan yang maju. Sementara, untuk industri pariwisata, Laos dapat juga dapat meminta dukungan Thailand yang menjadikan industri itu sebagai penghasil devisa utamanya Thailand. Contoh tempat wisata di Thailand adalah Pantai Pattaya, Chiang May, Ayuttaya, dan Bangkok.

Kemudian, bagaimana dengan keunggulan Indonesia? Tentu sebagai sesama negara anggota ASEAN, bangsa Indonesia yang terkenal dengan keramahannya ini selayaknya tak sungkan bekerjasama dan mendukung Laos dari segi pertambangan, perairan, perindustrian, dan parwisata sebagai sektor utama perekonomian masyarakat Indonesia. Tak bisa dipungkiri, wilayah Indonesia yang paling luas dan penduduk terbesar, memiliki pengaruh yang besar pula terhadap negara-negara ASEAN.

Saya yakin visi ASEAN komunitas tunggal dapat tercapai jika masing-masing negara bersedia membuka diri selebar-lebarnya satu sama lain, demi kemajuan dan kepentingan bersama, tak hanya memikirkan keuntungan sendiri. Bergandeng tangan dan berjalan bersama seiring untuk membuktikan bahwa ASEAN adalah kumpulan negara-negara yang tak kalah penting dengan negara di daratan lainnya di dunia.

Mungkin Laos akan mengatakan, ASEAN marilah berjalan bersama-sama dengan kami.






No comments:

Post a Comment

Terimakasih yaa ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...