Pages

Tuesday 3 September 2013

Tiga Kunci untuk Aktifkan Tiga Pilar Badan Persatuan ASEAN

10 Negara menuju Komunitas ASEAN 2015 (voworld.vn)


Sekitar pukul 9 pagi, sebagai peserta lomba blog #10daysforASEAN yang diselenggarakan aseanblogger , mulai donk cek update tema hari ke-9. "Ah belum ada. Sepertinya panitia sibuk, deadline pun dimundurkan sekitar jam 10," ujar saya dalam hati.

Urusan mondar-mandir ala ibu rumah tangga, membuat saya sempat terlupa akan hal tersebut. Hingga sekitar pukul 11. "Sepertinya update tema hari ke-9 sudah ada nih," kata saya dengan yakin. Kemarin peserta memang sudah menebak-nebak Brunei Darussalam sebagai negara fokus tema. Mungkin sudah ada yang browsing soal negara ini, namun saya yakin tak akan ada yang menyangka tema yang diberikan panitia kali ini.

"Sejuta topan badai!" Mungkin itu yang akan saya katakan jika saya adalah Kapten Haddock, sahabat dari tokoh kartun petualang Tintin. Pasalnya tema kali ini benar-benar bikin saya tertegun. Pertama saya baca sekilas. Lalu saya harus segera menghampiri anak saya. Blasss...tidak masuk otak. Kemudian, saat ada kesempatan, saya baca lagi. Apa yang terjadi sodara-sodara? Saya tetep bengong tuh *kemudian garuk meja*

Berikut cuplikan tema hari ke-9 dari #10daysforASEAN yang sempet bikin saya baca, bengong, baca, bengooooong...ampuun deh. Ini nih silakan dibaca (dan ikut bengong) :

"Sudah bisa menduga kan kalau negara yang akan dibahas kali ini adalah negara yang beribukota Bandar Seri Begawan, yang juga juga menjadi negara penyelenggara KTT ASEAN ke-22 pada bulan April 2013 lalu. 

Dalam KTT ke-22 di Brunei Darussalam itu,  tema yang diangkat adalah “Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan”, dengan pokok perundingan pembangunan badan persatuan ASEAN, dengan tiga pilar yaitu Persatuan Keamanan, Persatuan Ekonomi dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan. Pembangunan Badan Persatuan ASEAN itu harus dirampungkan sebelum 31 Desember 2015.
 

Tema: Dengan ketiga pilar tersebut, bagaimana mencapai tujuan pembangunan badan persatuan ASEAN? Mampukah negara-negara ASEAN mewujudkan Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan?"
  
Jujur saja ya, saya pernah bersentuhan dengan mata kuliah Hukum Internasional saat masih kuliah dulu, kemudian berusaha menghindar lebih jauh dengan memutuskan untuk mengambil jurusan Hukum Perdata. Bahkan setelah bekerja jadi jurnalis pun, tak terpikir untuk masuk bidang internasional. Namun, siapa duga justru ketika menjadi seorang blogger dan mengikuti lomba blog #10daysforASEAN, saya justru harus nyemplung dan mengubek-ubek soal hubungan internasional ini hahahaha.

Memang kenapa sih? Kalau bisa diklasifikasikan, saya ini termasuk orang yang lebih kepada pelaku alias doers, sementara ada sebagian lagi orang yang termasuk pemikir alias thinkers yang mampu memikirkan dan menggodok sesuatu yang tampak abstrak bagi orang lain. Nah, jangan heran kalau kemudian saya agak-agak dipaksa untuk memikirkan tema dari tugas hari ke-9 ini. Oleh karena itu, saya coba mendefinisikannya sesuai dengan pemahaman saya pribadi.

Sandya Berarti Persatuan

"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". Itu adalah kalimat favorit yang paling sering didengungkan mengenai persatuan.

Sedemikian pentingnya persatuan dalam sebuah masyarakat. Tak terbatas, mulai dari masyarakat terkecil yaitu keluarga, kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara, kumpulan negara-negara di kawasan tertentu seperti ASEAN, Uni Eropa dan juga persatuan sebagai sesama penduduk bumi.

Sedemikian pentingnya persatuan, sehingga saat putra kedua saya lahir saya menamakannya, Sandya, yang dalam bahasa Sansakerta artinya persatuan. Harapan saya dan suami agar Sandya dapat menjadi perekat dalam keluarga kecil kami.

Nyatanya, Sandya mampu melakukan lebih dari itu. Ketika ia divonis memiliki kelainan jantung dan harus segera dilakukan tindakan operasi, Sandya mampu menyatukan keluarga, saudara-saudara dalam keluarga besar, teman-teman dan rekan-rekan, bahkan teman-teman baru yang seakan menjadi saudara untuk kami. Berbagai uluran tangan dan doa, mengalir tak terputus bagi keluarga kami. Alhamdulillah segala sesuatu berjalan lancar. Saat ini, Sandya tumbuh dan beraktivitas layaknya anak seusianya, tanpa gangguan berarti di usia 22 bulan. Doakan agar terus dan makin sehat ya!

Nah, peristiwa itu yang menyisakan makna persatuan paling mendalam yang pernah saya alami.
 
Saya memangku Sandya, kakak Aylaa dan kakak-kakak sepupunya. (dok pribadi)
Berkaca dari pengalaman saya, baru saya menyadari bahwa ada tiga kunci yang perlu dilakukan untuk memperkuat persatuan. "Ah masa sih, pengalaman pribadi semacam itu bisa dijadikan cerminan dan digunakan untuk persatuan negara-negara? Emang apa aja sih?"

Kalau itu pertanyaan Anda saat membacanya, yuk teruskan membaca supaya tahu lebih dalam kunci persatuan yang saya maksud. Tapi dengan catatan ya, ini berdasarkan logika saya pribadi dan sama sekali tidak memaksakan Anda sebagai pembaca untuk menelannya bulat-bulat, nanti keselek lagi hehehe ^_^

Pembangunan Persatuan


Pada bulan April 2013 lalu, digelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-22 di Bandar Seri Begawan, ibukota Brunei. KTT akan menfokuskan pada pembangunan persatuan ASEAN dan pencapaian perkembangan negara-negara ASEAN dalam rangka merampungkan Piagam ASEAN. Tema yang diangkat adalah "Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan".

Dalam KTT sebelumnya di Kamboja, para pemimpin negara anggota ASEAN telah berkomitmen membangun badan persatuan sebelum 31 Desember 2015. Oleh karena itu KTT kali ini akan khusus merundingkan mengenai pembangunan badan persatuan ASEAN.

Nantinya, Badan Persatuan ASEAN itu akan terdiri dari tiga pilar utama yaitu Persatuan Keamanan, Persatuan Ekonomi dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan. Para pemimpin delegasi berembuk mengenai pembahasan tiga pilar tersebut, tantangan serta solusinya. Juga akan diadakan tukar pendapat mengenai masalah internasional dan regional, juga peranan yang mungkin dilakukan ASEAN dalam kerangka regional yang lebih luas.

Yang kemudian menjadi pertanyaan, dengan ketiga pilar tersebut, bagaimana mencapai tujuan pembangunan badan persatuan ASEAN? Mampukah negara-negara ASEAN mewujudkan Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan?

Jawaban saya adalah belum cukup. Masih diperlukan tiga hal utama sebagai kunci yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan persatuan yang dilembagakan menjadi Badan Persatuaan ASEAN. Hehe sok tahu deh.

Kisah Persatuan

Begini, karena saya punya prinsip, menulis apa yang saya pahami dan berusaha memahami apa yang satu tulis, lebih baik saya ambil pengandaian saja untuk tiga pilar dan kemudian tiga kunci yang saya maksud diatas.

Tiga pilar ASEAN yaitu persatuan keamanan, persatuan ekonomi dan sosial budaya. Untuk mudahnya saya andaikan sebuah keluarga yang terdiri dari tiga kakak beradik. Kakak yang pertama adalah anak yang memiliki kemampuan berupa kekuatan dan kepemimpinan sehingga ditakuti orang di sekitarnya, kemudian anak kedua alias anak tengah adalah seorang yang jago soal hitung menghitung uang dan yang ketiga alias si bungu sangat pandai bersosialisasi dan memiliki pemahaman budaya setempat.

Pada suatu hari, Ayah mereka meninggal dunia, sementara Ibu mereka dalam keadaan sakit. Tentu saja mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ada sebuah toko peninggalan sang Ayah. Namun, ketiganya seringkali bertengkar mengenai tanggungjawab siapa dan siapa yang berhak memperoleh keuntungan terbanyak. Dapat diduga, keluarga pun goyah.

Tentu saja, itu membuat ibu mereka yang sakit-sakitan merasa sedih dan akhirnya memanggil mereka bertiga. "Anak-anakku sebenarnya apa masalah yang kalian hadapi hingga mengurus sebuah toko saja membuat kalian ribut, jangankan memperoleh keuntungan, menjaga perdamaian saja sulit?"

"Saya merasa wewenang saya selalu diambil oleh adik-adik," ujar anak sulung. "Keuntungan tidak cukup jika dibagi untuk bertiga," jawab anak tengah. "Saya tidak punya waktu untuk bersosialisasi karena banyak menjaga toko," keluh anak bungsu.

Kepingan-kepingan puzzle yang saling melengkapi (© Corbis)

Sang ibu hanya tersenyum. Sebenarnya kalian bertiga bisa mencapai sukses dengan menyatukan tiga kekuatan yang kalian masing-masing miliki.

"Anak pertamaku, kekuatan yang kamu miliki, seharusnya bukan menjadi alasan bertengkar. Pergunakan dengan bijak, janganlah sewenang-wenang. Jagalah keamanan toko dan wilayah sekitarnya, niscaya kau akan dipercaya menjadi pemimpin yang baik," ujar Ibu tersebut.

"Anak tengahku, bagikan hasil keuntungannya secara adil. Jangan pernah merasa engkau bekerja lebih berat dari kakak dan adikmu sehingga kau merasa berhak mendapatkan lebih banyak lagi," tutur sang Ibu.

"Bungsuku, jalinlah sebanyak-banyaknya pertemanan dan pertebal rasa persaudaraan niscaya Engkau akan mendapatkan manfaatnya. Tapi, jangan lupakan kewajibanmu terhadap toko kita," pungkas Ibu ketiga anak tersebut.

Sekelumit cerita soal tiga kakak beradik tersebut mewakili masing-masing-pilar yaitu keamanan, ekonomi dan sosial budaya. Ketiganya merupakan unsur yang sangat penting, dengan perannya masing-masing.Namun, bagaimana caranya agar ketiga hal tersebut dapat merekat erat demi persatuan?

Merekat Persatuan

Dari kisah fiktif yang saya buat sebagai pengandaian di atas, maka saya akan meneruskan mengenai cara agar ketiga hal tersebut dapat merekat erat. Khusus untuk hal ini, maka saya mengambil pengandaian dari pengalaman pribadi saya berkaitan dengan putra saya, Sandya.
  1. Menetapkan tujuan. Jangan pernah sepelekan tujuan. Dalam organisasi, mungkin lebih dikenal sebagai visi. Mengapa hal itu sangat penting? Karena hal ini adalah sebagai fundamental dari setiap aktivitas. Contohnya, saat anak saya menjelang operasi, semua hal terfokus pada kesembuhannya. Tujuannya jelas, melakukan segala upaya agar Sandya dapat melewati masa-masa sulit tersebut. Saya masih ingat, ketika diperlukan donor darah yang mengharuskan pendonor stand-by di rumah sakit karena donor harus dilakukan seketika saat dibutuhkan, tak kurang dari 4-5 orang pendonor siap. Ajaibnya, saya hanya mengenal satu orang rekan suami saya. Selebihnya, orang-orang yang belum pernah saya temui,namun rela menunggui operasi yang tak kurang dari delapan jam itu. Demikian juga untuk Badan Persatuan ASEAN, dibutuhkan tujuan yang jelas yang mewakili semua negara.
  2. Menjalin kebersamaan. Bagaimana mengharapkan sekelompok orang dari latar belakang yang berbeda merasakan persatuan jika mereka tak pernah saling mengenal dan mengetahui bahwa mereka memiliki persamaan dalam kebersamaan? Saat Sandya berada di rumah sakit, maka teman-teman terbaik saya adalah orangtua-orangtua yang mengalami hal yang sama dengan saya, selain keluarga. Rasa sepenanggungan dapat membuat kami merasakan kebersamaan secara mendalam. Tak berbeda dengan Badan Persatuan ASEAN, interaksi antarnegara harus lebih sering dilakukan untuk menjalin rasa kebersamaan tersebut.
  3. Kesungguhan bertindak. Tak ada yang lebih mengesalkan selain dari rencana-rencana yang hanya sekedar tertulis di atas kertas. Jika tujuan sudah ada, demikian juga rasa kebersamaan, namun jika tidak ada yang sungguh-sungguh melakukan tindakan dengan konkrit. Bagaimana mungkin pendonor saat operasi Sandya dapat mendonorkan darahnya, jika ia tidak bertindak konkrit dengan berangkat dari rumah, naik kendaraan menuju rumah sakit dan menemui kami. Tak berbeda dengan Badan Pesatuan ASEAN yang dirancang akan sia-sia jika negara-negara yang ada didalamnya tidak bertindak konkrit dengan melakukan rencana strategis, menyelesaikan sengketa antarnegara tetangga dan lain sebagainya?
Kembali pada pertanyaan, mampukah negara-negara ASEAN mewujudkan "Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan"? Saya akan katakan, mampu. Sangat mampu. Jika tiga pilar itu dapat disatukan oleh tujuan, dipupuk oleh kebersamaan dan diaplikasikan dalam tindakan nyata.















No comments:

Post a Comment

Terimakasih yaa ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...