Pages

Wednesday 25 December 2013

Apa Cita-citamu, Nak?


"Aku mau jadi dokter!"

Mungkin itu jawaban paling banyak yang dijawab anak-anak, saat saya kecil dulu. Mungkin juga sampai sekarang. Entah karena memang dirasa sebagai jawaban paling mudah, paling keren atau mungkin juga paling memenuhi ekspektasi orangtua.

Saya sendiri termasuk satu diantara yang pernah mengatakan itu waktu kecil, saat ditanya mau jadi apa. Hanya saja kalo orang lain jawabnya pas ditanya di depan kelas, kalo saya ngomong langsung saat ngeliat dokter buka laci yang penuh duit. Hahahaha mata duitan sedari kecil, donk :D

Aylaa (tengah) bersama teman-temannya saat lomba menari mewakil sekolah (dok.pribadi)


Tapi, seiring dengan waktu dan semakin tahu dirinya saya terhadap kemampuan matematika dan pelajaran eksak lain, cita-cita itu hanya sekedar cerita masa kecil. Tapi, Mama dan pengasuh saya, terus ingat loh, ucapan saya.

Nah, giliran saya jadi orangtua, saya juga pernah tanya sama anak sulung saya, Aylaa.

"Kak, nanti udah gede mau jadi apa?" tanya saya.

"Jadi guru, seperti tante Fina". Memang kebetulan kakak saya, pernah mengajar jadi guru TK.

Kemudian, Aylaa sempat belajar menari balet dan kemudian diteruskan belajar menari sebagai kegiatan ekstrakulikuler di SD mulai dari kelas 1 hingga sekarang.

Iseng, saya tanya lagi."Kak, nanti mau kerja jadi apa?"

"Jadi pegawai bank aja kaya Ayah, enak loh kerjanya di kantoran," hehe itu provokasi dari suami saya yang pengen diikutin jejaknya.

"Hmm Aylaa pengen jadi penari," katanya.

Setelah dulu sempet kepengen jadi guru, sekarang jadi penari.

Untuk si Calon Ibu

Saya sih senyum-senyum aja. Memang juga perjalanan masih panjang untuk menuju cita-cita dan pekerjaan ideal yang diinginkannya. Tapi, ada satu yang ingin saya garisbawahi untuk anak gadis saya. Apapun pekerjaannya nanti, Insya Allah dia akan menjadi seorang istri dan ibu. Tak ada yang lebih penting dari kedua peran tersebut.

Sebutlah saya kuno, tapi untuk saya, peran sebagai istri dan ibu harus mendapat lebih banyak perhatian dan bekal. Bahkan, jika nanti, Aylaa sudah berkeluarga dan memiliki anak, saya ingin dia dapat berkarir secara freelance, paruh waktu atau apapun statusnya, asalkan dia dapat memberikan sebagian besar waktu untuk keluarganya.

Bukan, sama sekali bukan berarti saya mengatakan, dia tak perlu serius berkarir ataupun membantu mencari nafkah. Namun, sebisa mungkin, utamakan keluarga. Apalagi, mungkin nanti, pekerjaan akan lebih mudah dilakukan secara online di rumah dibandingkan harus berada di kantor.

Saat ini saja, saya mengenal banyak penerjemah, editor, penulis lepas yang memiliki waktu dan tempat kerja fleksibel, dengan tetap memiliki penghasilan yang cukup. Ditambah lagi, dengan saudara sepupu saya yang merupakan programmer IT yang bergaji ratusan hingga ribuan dolar per bulan, dengan klien dari berbagai negara, dan mengerjakan segala sesuatunya di rumah. Tak bisa dibayangkan, peluang kerja sekitar dua puluh tahun mendatang.

Juga, bukan berarti, saya mau lepas tangan dan ogah membantu mengurus anak-anaknya. Sebab, dengan alasan apa pun, pengasuhan Ibu akan berbeda dengan orang lain, meski itu neneknya sendiri.

Dilema ibu bekerja atau ibu yang berada di rumah, memang selalu memancing kontroversi. Akan selalu ada dua sisi yang berusaha memenangkan pendapatnya. Saya sendiri sudah mengalami keduanya. Tak ada yang salah atau benar, yang ada hanyalah tergantung dari kebutuhan pribadi dan keluarga masing-masing.

Kalau kemudian Aylaa memutuskan untuk benar menjadi penari profesional ataupun menjadi juru bahasa dan lain sebagainya, saya merasa tidak berhak melarang. asalkan pekerjaannya tidak berlawanan dengan ajaran agama. Namun, yang perlu diingat, ketika ia sudah menikah nanti, ada peran yang tak kalah penting dan mulia yaitu sebagai istri dan ibu.

Jika kemudian, ia memutuskan untuk menjadi stay at home mom, mungkin saya adalah orang pertama yang akan mendukungnya. For me, it is one of the most noble job in the world.


2 comments:

  1. anak-anak memang begitu ya.. mungkin karena masih mencari jati diri.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak, saya jg gitu kok waktu kecil. Masih banyak pengennya. Makasih udah mampir yaa ^_^

      Delete

Terimakasih yaa ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...