Mama dan saya (dok.pribadi) |
Selamat Hari Ibu!
Jujur saja, saya jarang sekali mengucapkan itu kepada Mama saya. Bukannya saya tak menghargai beliau, hanya saja sepertinya kaku sekali mengucapkannya hehehe ^_^
Mama saya itu tipe wanita yang kurang suka menunjukkan perasaannya. Begitu pun Papa saya. Mungkin memang tipikal orangtua jaman dulu yang tidak terbiasa mengungkapkan perasaan sayang kepada anaknya. Itu sebabnya saya dulu sempet melongo waktu nonton film barat yang ada adegan orangtua mengucapkan "I love you" kepada anak-anaknya.
Saya ingat cerita Mama yang dulu sempat sakit-sakitan pada masa kecilnya. Sehingga, ia sering tidak masuk sekolah dan harus meminum berbagai obat-obatan yang rasanya pahit. Jadilah Mama saya dicap sebagai anak yang lemah. Tapi, nyatanya tidak demikian.
Mama adalah salah satu orang terkuat yang pernah saya temui. Memang Mama tidak selalu menyediakan masakan yang lezat ataupun selalu bercanda dan tertawa bersama anak-anaknya, tapi Mama selalu ada saat anak-anaknya membutuhkannya. Akan selalu ada belaian halus tangannya di kepala saya ataupun kalimat-kalimat pembangkit semangat dari mulutnya.
Dari Mama saya belajar keikhlasan, kesabaran dan rela berkorban untuk orang-orang yang dicintainya, terutama anak-anaknya. Dari Mama saya belajar untuk menjadi orang yang senantiasa bersikap dan bertindak jujur, tidak melenceng dari jalur. Sedapat mungkin tidak menyusahkan orang lain.
Mama benar-benar menjadi pusat dan jantung di rumah kami. Masih teringat ketika Mama pergi naik haji, tanpa ditemani Papa, sekitar tahun 2000. Saat itu saya sudah kuliah dan kost di lain kota, namun tetap saja banyak urusan yang terbengkalai saat Mama tak ada di rumah sekitar satu bulan lebih.
Salah satu momen yang juga paling saya ingat adalah ketika saya melahirkan anak pertama saya. Mama mendampingi saya setiap saat. Ketika saya masuk ruang persalinan dan berjuang untuk melahirkan secara normal pada tengah malam, Mama juga ternyata berjuang dengan emosinya melalui shalat malam dengan cucuran air mata. Hanya satu yang dimintanya yaitu keselamatan dan kesehatan saya dan cucunya. Mama juga yang kemudian dengan senang hati membantu saya mengurus anak pertama saya, meski artinya harus mengorbankan kegiatan-kegiatan yang disukainya di rumah.
Di usianya kini yang sudah memasuki 64 tahun, Mama masih mampu mengurus Papa yang mulai sakit-sakitan dan segala urusan rumah tangga. Mama selalu berusaha tidak menyusahkan anak-anaknya. Tak pernah meminta. Kadang, tak juga mau mengaku kala merasa sakit. "Mama gak apa-apa," begitu biasanya Mama menjawab. Kalau sudah begitu, tinggal kami sebagai anak-anaknya yang memaksa Mama memeriksakan diri ke dokter.
Selamat Hari Ibu, Mamaku sayang. Rasanya tak akan pernah anakmu ini mampu membalas, bahkan setitik dari segala pengorbanan dan kasih sayang Mama selama ini.. Bakti dan doaku tak akan pernah sebanding dengan semua yang pernah Mama berikan. I love you, Mama.
Selamat Hari Ibu Mbak :)
ReplyDeleteBetul, mengucapkan langsung agak kaku ya mbak hehe.
hehe iya, bilang sayang aja, rasanya kaku. Makanya sekarang saya sih biasain bilang sayang sama anak :) Selamat hari Ibu jg ya, makasih udah mampir ke sini ^_^
Deletesama mak, aku juga kaku rasanya mengucapkan kalimat-kalimat perayaan begini, yang pasti aku cinta Beliau dan kisah kita hampir sama, lahiran ditunggui, kalau beliau ga ada kondisi berantakan hahahaha :)))
ReplyDeleteIya, kalo gak ditungguin Mama rasanya gak afdol ya. Pas lahiran anak kedua gak ditungguin, rasanya gimanaaa gitu
Delete