Pages

Wednesday, 28 August 2013

Indonesia For Your Unforgettable Moments

Pulau Raja Ampat (www.indonesia.travel)

Setelah dua hari berturut-turut menebarkan pandangan ke negara-negara tetangga, dalam rangka menulis untuk lomba blog #10daysforASEAN yang diadakan aseanblogger.com maka pada hari ke-3 para peserta diminta untuk kembali ke tanah air. Berikut saya cuplik penugasan dari panitia :

"Indonesia kaya dengan beragam budaya, namun di sektor wisata, Malaysia lebih berhasil mem-branding “Truly ASIA”. Kira-kira apa ya branding yang cocok untuk Indonesia? Buat tagline, dan jelaskan kenapa tagline itu cocok untuk Indonesia di kawasan ASEAN".


Pertama membaca ini, saya terdiam sesaat. Ada kebingungan di dalam otak saya. Bingung karena buntu?

Bukan, sama sekali bukan. Di dalam otak saya, tiba-tiba membuncah puluhan bahkan ratusan ide mengenai bagaimana keindahan Indonesia didukung oleh ragam budaya yang sangat kaya. Berbagai pengalaman pribadi sampai dengan hal-hal yang saya dengar, baca dan lihat dari berbagai media tentang Indonesia seakan berlomba-lomba menyeruak dan meminta untuk segera ditulis.

Jujur saja, setiap kali saya melihat iklan wisata Malaysia "Truly ASIA" ada sedikit terasa cubitan di hati. Cuplikan tayangan yang memuat pemandangan matahari terbit, bentangan pegunungan, pantai-pantai indah, harimau dan orang utan, lokasi wisata arung jeram hingga kawasan perbelanjaan modern dan kuliner. Hati saya seakan berteriak "Itu semua juga ada di Indonesia!!!"

Mengapa keindahan Indonesia di mata internasional hingga saat ini masih terbatas pada Bali? Padahal siapa yang dapat mengingkari keindahan pemandangan matahari terbit ketika berdiri di Gunung Bromo, pantai-pantai yang luar biasa di Raja Ampat, Papua, kemudian mengarungi arung jeram Citarik yang menantang, berinteraksi dengan orang utan di pulau Borneo alias Kalimantan dan menikmati pengalaman belanja di Jakarta sebagai "kota sejuta mal". Lalu siapa yang dapat menolak kenikmatan sate ataupun nasi goreng khas Indonesia, yang bahkan dikangeni oleh seorang Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Apakah itu masih kurang? Dimana salahnya?

Tanggungjawab Bersama
 
Saya sendiri enggan terlalu menyalahkan Pemerintah yang kini wewenangnya berada di Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.  Mungkin akan ada pernyataan, "Loh kan memang mereka yang bertanggung jawab, memangnya kita bisa apa sebagai orang biasa?"

Tentu saja bisa! Apakah Anda biasa berbelanja negara tetangga padahal barang yang sama dapat ditemukan di Indonesia? Apakah Anda jauh-jauh mendatangi pantai indah di negara lain, padahal pantai indah menghampar di hampir seluruh pulau di tanah air? Satu pertanyaan yang tak kalah penting, banggakah Anda menjadi seorang warga negara Indonesia?

 "Idih kok jadi kejauhan sih soal wisata sampai ke kebanggan menjadi warga negara segala, lebay deh". Kalau itu yang kemudian jadi tanggapannya, yuk mari saya ulik lagi sudut pandang saya.

Saya ambil satu contoh mudah. Saat ini musim jejaring sosial. Semua rasanya harus dipublikasikan di jejaring sosial, mulai dari bangun tidur sampe berangkat tidur lagi. "Eksis dong". Itu alasan sebagian orang yang saya tanya.

Nah, sebagian besar merasa lebih bangga posting foto-foto ke luar negeri dibandingkan dengan wisata di dalam negeri. Betul atau betul?

Saya sendiri tidak mengingkari hal tersebut, karena foto profil saya di Facebook pakai foto waktu saya di salah satu negara Eropa kok hehehe. Eits, bukan berarti saya kurang nasionalis dan tidak konsisten dengan perkataan saya barusan loh. Pasalnya, foto itu diambil oleh seorang teman dengan menggunakan kamera yang bagus dengan sudut yang pas. Sehingga, menjadi salah satu foto favorit saya.

Kembali ke soal wisata, jadi seharusnya bagaimana dong? Saya sendiri secara pribadi jarang melakukan travelling, karena memang saya orang rumahan dan anak-anak yang masih kecil untuk dibawa bepergian, kesibukan suami sering tidak mengizinkan. Jadi wisata yang saya lakukan, sebagian besar tidak jauh-jauh di sekitar kota kediaman saya.

 Arung jeram di sungai Citarik, Sukabumi, Jawa Barat 
(www.disparbud.jabarprov.go.id)

Namun, saya bercita-cita untuk mengunjungi beberapa lokasi wisata nasional sebelum melanglang buana ke wisata luar negeri. Saya ingin menikmati  pemandangan matahari terbit di Gunung Bromo, menyelam di pantai-pantai Raja Ampat, Papua, dan mampu mengumpulkan keberanian untuk mengarungi arung jeram Citarik, bahkan mengunjungi orang utan di Kalimantan, tak hanya sekedar melihatnya di Kebun Binatang Ragunan.

Produk Dalam Negeri 
 
Saya sendiri berusaha mulai mencintai produk-produk anak negeri. Saya suka melihat-lihat secara online, kain-kain tradisional Indonesia, seperti batik, tenun, songket dan lain-lain.Kain-kain tersebut kemudian dijadikan baju, peralatan rumah tangga dan bahkan tas sampai sepatu. Betapa saya kagum melihat karya-karya anak bangsa yang luar biasa yang tampak pada hamparan kan-kain cantik tersebut. Terbayang tangan-tangan terampil yang dengan tekun mengerjakannya.

 Sarung bantal dan taplak meja batik (koleksi Ati Soerjo Galeri)

Namun, itu hanyalah sebagian kecil dari produk dalam negeri yang bisa saya gunakan. Ditengah gempuran produk-produk impor di Indonesia, kini rasanya semakin sulit mencari produk-produk tertentu yang merupakan buatan dalam negeri. Peralatan sekolah anak-anak, produk plastik rumah tangga hingga beberapa jenis buah kesukaan anak-anak, masih banyak yang merupakan produk impor.

Tapi, ada satu yang tidak bisa diimpor, lokasi pariwisata! Hehehe ya iya lah, mana bisa pantai dan gunung diimpor. Selagi kita bisa mengunjungi lokasi wisata nusantara yang tak kalah memukau untuk apa jauh-jauh ke luar negeri, demikian juga kalau belanja masih bisa dilakukan di Indonesia, buat apa terbang ke negara tetangga untuk berbelanja. Bukankah demikian?

Kemudian, tugas Pemerintah adalah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung perkembangan pariwisata Indonesia. Memperbaiki lokasi wisata dengan sarana dan prasarana memadai, mengadakan pelatihan untuk pemandu wisata dan masyarakat sekitar lokasi bahkan mungkin membuat suatu kebijakan yang bekerjasama dengan maskapai penerbangan atau sarana transportasi lain, agar biaya transportasi ke beberapa kawasan wisata nusantara semakin terjangkau. Setuju atau setujuu? Saya sih setuju banget deh.

Tentu saja tulisan saya ini hanyalah sudut pandang yang sangat subyektif dan setiap orang punya pandangan masing-masing. Namun, saya yakin setiap orang mampu untuk berkontribusi dalam memajukan pariwisata nusantara. Lakukan mulai dari hal yang paling mudah dan lakukan sekarang.
 
 Gunung Bromo di Jawa Timur (www.balibackpaker.blogspot.com)

Berkaca dari tulisan saya ini, ada beberapa ide saya untuk menjawab pertanyaan mengenai tagline untuk branding Indonesia yang mudah diingat. Saya sempat terpikir untuk membuat tagline "Indonesia, Unforgettable Asia". Tapi kok rasanya jadi menjiplak tagline dari Malaysia yang sudah banyak dikenal itu. Maka saya mencoba membuat tagline lain. Kemudian, saya memutuskan untuk membuat tagline ini "Indonesia for Your Unforgettable Moments".

Kalau ditanya kenapa harus buat tagline berbahasa Inggris, maka saya akan menjawab karena ini akan diperuntukkan bagi seluruh warga dunia dan kebetulan bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang paling banyak digunakan. Untuk saya, bahasa Indonesia tetap menjadi jati diri dan kebanggan saya, sebagaimana saya bangga dengan kekayaan alam dan budaya Indonesia. Merdeka!!


  






















7 comments:

  1. Mak Ririii...koq ide kita "ampir" sama ya tentang nation branding-nya, maksudnya puanjaang, geto, hehehe... Keren lho postingannya. Bunda belum bisa kek gitu. Tapi beneran deh ya, ikutan 10daysforASEAN ini menambah pengetahuan juga, karena kudu googling segala.

    ReplyDelete
  2. hihihi brandingnya panjang biar ntar gak dibilang jiplak yg punya Malaysia, bunda. Makasih pujiannya, tapi gak ada tulisan bagus atau jelek. Semua orang punya ciri khas masing-masing. Beneran ikutan lomba #10dayrforASEAN bikin melek soal negara-negara ASEAN, padahal dulu jg banyak gak ngeh-nya. Makasih udah mampir ya bunda :)

    ReplyDelete
  3. Suka sama tagline nya mba, kesannya romantis..hehe. Sempat terfikir, tulisannya keren ya, ternyata mantan wartawati toh, puantes pinter nulis.. :)
    Salam kenal...semoga bisa belajar nulis dari tulisan-tulisannya mba...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga mbak. Hehe makasih pujiannya ya. Kalau menulis itu gak ada yang pinter atau gak, yang ada terbiasa dan belum terbiasa.
      Salam kenal juga, sering-sering mampir disini sangat dipersilahkan. Tetep semangat nulis!

      Delete
  4. Makasih gan untuk informasi artikelnya :)

    ReplyDelete

Terimakasih yaa ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...