Pages

Friday 30 January 2015

Misteri dan Tugas Terbesar, Memahami dan Mencintai Diri Sendiri

Hai..halo teman-teman, apa kabar? Semoga baik-baik dan lancar semua urusannya hari ini ya. Kali ini saya mau ngajak bermain misteri ah. Gak tanggung-tanggung, salah satu misteri terbesar hihihihi *sok misterius* :D

Saya buka dengan cerita aja nih ya. Ceritanya ada seorang teman suami saya yang pulang kantor kemalaman. Berhubung kantornya bukan di gedung besar, mungkin hanya 4-5 lantai saja, sehingga lift sudah dimatikan sejak jam kantor berakhir. Biasa lah atas nama efisiensi.

Bagian diri saya yang saya syukuri dan cintai yaitu menjadi ibu ^_^ (dok.pribadi)


Sebagai laki-laki, masa takut sih kemalaman, huhuu gengsi donk. Setelah membereskan segala sesuatu dan menutup pintu kantor sebagai yang terakhir pulang, dia pun turun tangga, lift kan sudah mati.

Hari itu tidak seperti biasanya, kok sepi ya. Tidak kelihatan satpam yang biasanya lewat atau kumpul-kumpul. Pokoknya bener-bener sepi deh. Tapi, ya gimana lagi. Kan harus pulang juga hehehe :)

Lampu gedung sudah banyak yang dimatikan. Jadi turun lewat tangga itu dengan penerangan yang agak2 temaram. Sambil turun tangga, dia mencoba membuang pikiran-pikiran jelek atau menyeramkan. Hehe kalo bisa sih mikir abis dapat uang bonus trus menikmati liburan di villa di Bali *hahahaha curcol :D*

Celingak celinguk ke sekitar tangga, lumayan lah harus turun 4 lantai. Hampir sampai lantai 2, satu lantai lagi deh. Tapi, dia kok tiba-tiba seperti melihat seseorang ya. Tapi, sosok itu diam aja. Ngapain tuh? *aduuuh yang cerita juga ikutan deg2an ini nulisnya*

Ya mau gimana lagi, emang harus lewat situ kan. Mungkin aja itu satpam atau office boy. "Gak usah pake ramah-tamah deh". Jadi dia langsung lewat aja. Tiba-tiba sosok itu menoleh dan tersenyum.

"Alhamdulillah tuh orang ada mukanya, normal". Temen suami saya itu, mau gak mau balas senyum, sambil terus turun tangga.

Tapiiiii, ntar dulu, kok kayanya kenal mukanya ya? Ntar aja deh mikirnya. Begitu sampai di lantai 1, rasanya lega, meski masih penasaran sama muka orang di tangga tadi.

Pas mau buka pintu keluar, tanpa sengaja noleh ke kaca. "Astagfirullah, orang yang tadi di tangga itu mukanya sama dengan muka gueee!!!" Sambil langsung lari tanpa noleh2 lagi.

Aiiih saya aja sampe merinding pas suami cerita, mana anak saya pengen ceritanya diulang2 lagi. Jadi apa intinya? Hehehe kalo saya sih, mau menghubungkan ini sebagai salah satu tanda bahwa terkadang kita sulit mengenali diri sendiri.

Coba kalau yang dilihat oleh teman suami saya itu, wajah temannya atau bahkan wajah serem yang berdarah2, pasti kan dia langsung tahu. Tapi, saat itu wajahnya sendiri, justru perlu waktu untuk mengenali.

Selaras

Mengutip penulis Oscar Wilde yang mengatakan, "the final mystery is oneself" seakan mengingatkan kita bahwa salah satu bagian tersulit dalam hidup adalah benar-benar memahami siapa diri kita.

Kenapa kita harus memahami diri sendiri? Sebab hanya dengan pemahaman lah kemudian kita bisa benar-benar menerima diri kita seutuhnya, kelebihan dan kekurangannya.

Seorang teman yang mendalami yoga pernah memarahi saya ketika melihat saya mengeluarkan dompet penuh dengan kertas-kertas nota yang tak berguna. Dia mengatakan, kita harus menganggap tubuh kita dan barang-barang di sekitarnya sebagai alam semesta. Ketika berbagai hal yang tak berguna ataupun mengganggu ada disana, maka itu akan merusak tubuh kita juga.

Saat kita membersihkan hal tak berguna secara fisik, maka perlu juga melakukan secara non-fisik. Misalnya, emosi-emosi negatif ataupun dendam dan kesal yang berkepanjangan. Bahwa segala sesuatu dalam fisik dan jiwa itu berhubungan satu sama lain. Itu sebabnya saya tidak kaget ketika membaca sebuah artikel kesehatan yang mengatakan sekitar 80% penyakit disebabkan oleh stres.

Yang kalau menyimpulkan dari kalimat penjelasan teman saya, ada gangguan dalam jiwa yang menyebabkan fisik juga terkena. Untuk saya itu sangat masuk akal, meski untuk prakteknya tidak semudah mengatakannya ya.

Saya pribadi sempat merutuki diri, mengapa saya bukan seseorang yang mudah menerima keadaan, tidak suka protes dan jadi anak manis untuk semua orang. Sepertinya hidup akan lebih mudah. Nyatanya saya bukan pribadi demikian. Saat saya tidak merasa nyaman, saya akan bicara.

Atau, sesederhana mengapa saya lebih suka pakai ransel, padahal kan kalau perempuan bisa lebih cantik kalau pakai tas yang diselendangkan di bahu. Dan, mengapa berat badan saya lebih senang naik dibanding turun, gak seperti badan para wanita yang beruntung bisa makan banyak tapi gak gemuk2 hiiiks.

Saat perjalanan ke kantor tadi pagi, saya bertanya kepada suami "Yah, kenapa Ibu gak bisa jadi seperti wanita yang lain pada umumnya?" Suami saya sempat kaget. Terus menjawab, "Ya diterima aja bu".

Suami saya itu kalau jawab gak pernah panjang lebar, beda sama istrinya kalo lagi ngomong. Tapi, saya pikir, menerima diri memang suatu pekerjaan yang tidak mudah. Bahkan, kadang saya merasa lebih mudah menerima kekurangan orang lain yang disayangi atau sangat peduli, dibanding menerima kekurangan diri sendiri.

Sampai saat ini saya masih sering terkejut dengan pemikiran, reaksi ataupun perasaaan saya ketika menghadapi sesuatu. Terkadang saya berlebihan atau justru sebaliknya. Ah rasanya saya masih harus banyak belajar untuk dapat memahami, bahkan hingga sampai pada tahap mencintai diri sendiri. Tapi, bukankah semua dimulai dari belajar?

Oh ya,terimakasih Echa yang sudah membuat Giveaway untuk tema yang luar biasa ini. Two thumbs up for you!

"Postingan ini untuk mengikuti giveaway echaimutenan"

18 comments:

  1. Harusnya saya langsung ke bagian inti postingan ini. Gila bok, baca ini dari awal di tengah malam pula... celingak-celinguk kiri kanan trus nyalain lampu.. merinding..
    Iya sih.. terkadang saya pun butuh waktu untuk mengenali diri sendiri. Akhir tahun kemarin, hampir sebulanan saya introspeksi diri. Lama ya.. tapi kan kita manusia memang ditakdirkan untuk terus belajar. Asalkan tidak jatuh ke lubang yang sama untuk ketiga kalinya, saya kira masih wajar.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi maafkan mba Riski, saya pas denger sama nulisnya aja deg2an :D Setuju lah, hidup itu harus terus belajar sambil introspeksi diri. Semoga gak kapok mampir sini yaa ^_^

      Delete
  2. Mengenali diri sendiri dengan membuat kita nyaman dlm kondisi apa pun.
    Seperti yg Mba Ririn blg, lbh suka pake ransel, nyaman kan? Tooos dulu dong ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bangeeet, ransel is the best ya mba Pit. Toss aaah :)

      Delete
  3. Mantap tulisannya Mba Rin, walaupun pada awal-awal paragraf sempat menegangkan hehehe :D berdamai dengan diri sendiri belajar menerima keadaan kita sendiri, jangan negokin tetangga melulu karena pasti rumput di sana terlihat lebih hijau dari pada rumput yang ada di halaman kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mba Ira :) Iya emang penyakit itu, nengokin rumput tetangga, rasanya hampir setiap kali lebih baik, padahal kenyataannya belom tentu juga ya :)

      Delete
  4. kebanyakan suami gitu kalau ngomong gak panjang lebar khsusunya di chat ya :) Belajar mengenali diri sendiri ternyata agak susah ya mbak. Terima kasih sudah ikutan GAnya Mak Echa ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe suami saya sih gak di chat aja mba Lid, bahkan kalo lagi ngobrol juga gitu. Jangan2 karena istrinya yang udah kebanyakan ngomong kali ya hahahaha :D Makasih kembali, senang banget bisa ikutan GA-nya Echa, temanya keren

      Delete
  5. tulisannya mantap ...
    mengenali diri sendiri memang tidak sederhana.
    eh sempat merinding baca awalnya
    ternyata buat GA ya, semoga sukses, ya, mbak
    trims sudah mampir ke blog saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mbak Ani :) Hehe cerita pembukanya emang agak2 horor ya. Senang mampir ke blog mbak Ani, insya Allah nanti mampir lagi. Jangan bosen mampir ke sini juga yaa :)

      Delete
  6. Udah deg2an bacanya, ternyata intinya malah tentang diri sendiri..hadeuuhh maakk, bikin diriku panas dingin. Sukses dengan GAnya yaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahhaaa jangan terkecoh sama cerita pembukanya mak Maya, terimakasih yaa :)

      Delete
  7. Mak, cerita misterinya gak dilanjutin lagi hihihi..Saya sampai deg2an nih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi saya sebenernya jg nulisnya deg2an mak, gak bakat nulis horor. Makasih udah mampir yaa :)

      Delete
  8. idem sama mak-mak di atas: deg-degaaaan... bisa dibikin postingan khusus kali mak. hiyaaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahah gak lah mak, ntar jd blog kisah horor donk. Padahal saya aslinya...mmmm bukan pemberani gitu :D Makasih udah mampir ke sini yaa :)

      Delete
  9. serius Mak aku merinding merinding terkejut baca ceritamu yang lantai 4, begimana dia pualng ke rumah ntuh, btw...aku kadang juga berpikir, aku kok gak kek dia, aku kok...tapi ya sudahlah...jalani wae, yo Mak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pulangnya lari mak astin :D hehehe memang berarti tidak gampang ya menerima dan mencintai diri sendiri itu. makasih udah mampir ya ^_^

      Delete

Terimakasih yaa ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...