Wajah bete saya, satu tingkat dibawah marah :D (dok.pribadi) |
Bisa dibilang salah satu alasan bayi menangis, lantaran marah. Saat popoknya basah dan tidak ada yang mengganti dan membuatnya tidak nyaman, hal itu membuatnya marah dan menangis sebagai ekspresi yang mampu ia lakukan. Marah seperti itu bisa dibilang sebagai marah yang positif.
Tapi, seiring umur dan kemampuan seseorang, kadang marah menjadi tak terkendali.
Marah yang dicampur dengan berbagai emosi lain seperti dendam, cemburu bisa menjadi tak terkendali yang memicu tindakan-tindakan yang sangat bisa merugikan penderita termasuk orang-orang di sekitarnya. Sering saya temukan dalam surat kabar berbagai kasus pembunuhan berlatar kemarahan dicampur cemburu, atau kasus penculikan lantaran marah yang terpendam, juga ada kasus penganiayaan anak oleh orangtua yang marah.
Syereeem ya kalau baca atau menonton kasus-kasus seperti itu. Biasanya saya juga membaca kasus yang seremnya tidak keterlaluan ataupun kasus yang memang sedang banyak dibicarakan, biar gak kudet alias kurang update gitu hehehe.
Nah, sekarang apa hubungannya dengan marah sih?
Begini beberapa waktu lalu saya sempat merasakan marah, namun berakhir membawa manfaat hehehe. Ceritanya, suami saya yang baru bulan lalu berangkat seminggu untuk tugas ke luar negeri, maka bulan berikutnya ada acara outing selama akhir pekan ke Bali. Huuuukssss..iya ngaku, saya bete, ngiri dan sebagainya.
Bayangan anak-anak yang susah tidur, rewel dan sebagainya yang harus saya tangani sendiri selama akhir pekan, tidak membuat mood saya semakin baik. Akhirnya, meledaklah amarah saya! Hahaha saya terima kalau dibilang lebay, tapi ya memang gitu sih perasaan saya.
Namun, selagi saya ngoceh, eeh ngomel dink, saya berusaha menahan diri sembari memutar otak bagaimana agar akhir pekan saya tetap menyenangkan.
Ahaaaa...saya teringat sebuah undangan untuk blogger di hari Sabtu dari produsen mainan di pusat kota Jakarta. Dan, bagaikan menemukan kepingan puzzle, saya juga teringat permintaan anak sulung saya yang ingin berenang.
Hmmm ditengah marah2, suami saya jadi bingung ketika saya tiba-tiba ngeloyor pergi dan menghidupkan laptop sambil mencari hotel yang ada kolam renang untuk anak di pusat kota.
Got the idea? Ya daripada saya bengong sama anak2 di rumah yang bolak balik nanya ayahnya kemana dan kapan pulangnya, maka saya kemudian mengajak anak2 untuk menginap di hotel di pusat kota Jakarta, sekaligus mengajak mereka ke acara blogger dan tentunya, berenang sesuka hati di hotel.
Hehehe intinya semua bersenang-senang. Kecuali, suami saya yang sedikit bengong dan kaget, terutama ketika melihat tagihan kartu kredit untuk pembayaran hotel yang saya pesan :D
Jadi, marah itu juga bisa berguna loh, asal tidak berlebihan dan tidak membiarkan pemikiran logis kita hilang. Setujuuu?
Kalo aku marah, pelampiasanku kok malah ngabisin duit di mall yah T____T
ReplyDeletehahaha 11-12 kita mak, lah aku juga ngabisin limit kartu kredit suamiku ^_^
Delete
ReplyDeleteIni memanfaatkan kemarahannya jdi asyik ya.
Tapi enggak jadi kebalik jdi suaminya yang marah, kan? Hahaha
hahaha gak sampe marah sih mbak, meringis2 aja gitu :D
Delete