Saya di Potsdam pada penghujung musim dingin 2009 (dok.pribadi) |
Kembali ke tahun 2009, ada sebuah pengalaman pribadi yang lumayan besar untuk saya. Kala itu pertama kalinya saya mendapat kesempatan belajar di luar negeri. Tak tanggung-tanggung, Allah SWT memberi kesempatan saya untuk belajar di sebuah negara di Eropa.
Saya baru pertama kali mengalami musim dingin, merasakan salju, tentu saja norak. Senang sih, tapi dinginnya ternyata tidak ketulungan. Untung saya datang hampir di penghujung musim dingin, menjelang musim semi.
Kota Berlin, tempat saya belajar, ternyata tidak seheboh kota besar Eropa yang saya bayangkan. Justru tidak terlalu ramai, suasananya tenang dengan angkutan umum yang sangat nyaman dan tepat waktu.
Tapi, yang justru menarik hati saya untuk saya kunjungi lagi suatu hari nanti adalah Potsdam, yang lokasinya sekitar 30 menit menggunakan kereta dari Berlin. Saya dan rekan-rekan waktu itu mengunjungi Potsdam untuk mengunjungi Sanssouci, bekas istana musim panas Friedrich II yaitu Raja Prusia.
Tapi, saya tidak ingin menceritakan istana tersebut. Yang kemudian menarik hati saya adalah ketika berjalan menuju perumahan di kawasan Potsdam. Mata saya dimanjakan dengan pemandangan yang indah. Telaga bening yang memantulkan bayangan, laksana kaca. Juga dedaunan yang gugur yang berwarna abu-abu dan kecoklatan, serta pohon-pohon yang meranggas menunggu musim semi tiba.
Saya yang kala itu tengah kangen keluarga lantaran harus meninggalkan tanah air selama dua bulan, menemukan ketenangan di sana. Rasanya ingin berlama-lama di telaga itu. Duduk di rerumputan yang seakan menunggu sinar matahari untuk kembali menghijau, sambil memandang sekitar. Sempat saya membayangkan keindahannya yang berbeda di musim semi. Tentu tak akan kalah luar biasa.
Telaga yang sangat bening di Potsdam (dok.pribadi) |
Meninggalkan telaga bening itu, saya masuk ke kawasan perumahan. Tampilan khas rumah Eropa zaman dulu masih lekat disana. Secara pribadi saya memang memiliki ketertarikan untuk rumah seperti itu, kesannya klasik dan indah. Jujur saja, bangunan modern minimalis memang jarang menarik hati saya.
Sekitar satu jam berjalan di suhu sekitar 5 derajat celcius hari itu sungguh tak terasa. Hingga akhirnya saya dan rekan-rekan sampai di tujuan kami.
Di depan rumah khas Eropa di Potsdam. Keren yaa (dok.pribadi) |
*Tulisan ini diikutsertakan dalam "A Place to Remember Giveaway"
Waah telaganya memang menenangkan yaaa... Ikut jatuh cinta. Pingin kesana
ReplyDeleteBtw, mksh udah ikutaann GA kuu
Makasih kembali maak Noe, senang bisa ikutan :) SUkses GA-nya yaa
DeleteTampak damai ya, Mak :)
ReplyDeleteIya mak, sampe aku bayangin, gimana gak sehat yang tinggal disana. Lingkungan bersih dan indah begitu yang dilihat tiap hari hehehe :)
DeleteAh mak, aku liat fotonya aja udah ngiler :')
ReplyDeletehiihihii makasih ya mak :)
DeleteEropa, Ih Wooooow.... mbak jika berkenan terimalah the liebster award dariku... #timpuk
ReplyDeletehttp://mask-id.blogspot.com/2014/05/liebster-award-dariku-untukmu.html
Siip mas, makasih udah mampir kesini :)
DeleteAndai di Telaga ada gethek, bisa muter2 telaga. . :D
ReplyDeleteAsyik emang duduk disekitar telaga. Tenang ya, Mba.
hehehe iya mba, kalo di Indonesia mah pasti jadi peluang usaha :D Makasih udah mampir ya :)
DeletePostdam-nya bikin ngiler pengin ke sana Mba :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah meramaikan GA ini. Good luck.
Mak Uniek, keren deh jadi juri dimana2 ^_^ Makasih yaa :)
Delete