Pages

Monday 24 April 2017

Menakar Peningkatan Angka Usia Produktif sebagai Pelecut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak selalu berefek buruk. Indonesia saat ini disebut memasuki era bonus demografi yaitu penduduk usia produktif cukup tinggi dibandingkan penduduk non produktif. Tentu hal ini dapat bermanfaat positif bagi pertumbuhan ekonomi, maupun pembangunan Indonesia secara keseluruhan.

(dok.pribadi)


Perubahan Demografi dari Generasi ke Generasi

Kembali ke generasi Papa dan Mama saya yang lahir sekitar tahun 1940-an alias generasi baby boomer, rata-rata memiliki adik kakak lebih dari 5. Papa anak ke-2 dari 6 bersaudara, dengan 1 saudara perempuan yang meninggal usia balita. Sementara Mama anak ke 7 dari 8 bersaudara, dengan 2 orang saudara meninggal saat bayi.

Hal itu tentu berbeda dengan generasi saya, yang sering disebut generasi X. Yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 1960-an hingga akhir 1970-an. Rata-rata saya dan teman-teman, hanya 3 orang adik kakak. Saya pribadi, bungsu dari 3 kakak adik. Meski ada, namun jarang saya menemukan teman yang adik kakak lebih dari 4 atau 5 orang.

Kondisi ini kemudian mengalami perubahan lagi, seiring dengan gencarnya pemerintah menggalakkan program keluarga berencana (KB). Meski sudah digagas akhir tahun 1950-an, tapi efektivitas KB mulai diterima masyarakat sekitar tahun 1970-an, disertai dengan dengan pembentukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program KB sendiri sebenarnya tidak hanya sekedar mengatur kehamilan, namun banyak yang lain. Dua anak cukup, kemudian menjadi semboyan KB yang menggema di seluruh tanah air.

Itu sebabnya generasi 1980-an atau 1990-an atau Generasi Y yang kemudian saya temui, sebagian besar hanya 2 bersaudara saja. Hal yang tidak berbeda saya rasakan setelah generasi saya memiliki anak. Sebagian besar, termasuk saya, hanya memiliki 2 anak. Bahkan, ada yang memilih 1 anak saja dengan berbagai pertimbangan. Meski sebagian kecil, masih ada yang memiliki anak lebih dari 2.

Meski sekilas pertumbuhan penduduk tampak melambat, namun justru saat ini Indonesia memasuki era bonus demografi, yaitu jumlah penduduk usia produktif yang tinggi. Yang tergolong usia produktif yaitu 15-64 tahun. Bonus demografi ini dianggap dapat menguntungkan karena memberi peluang Indonesia meningkatkan pertumbuhan produktivitas.

Indonesia Memasuki Era Bonus Demografi

Data Statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada tahun 2016 rasio ketergantungan penduduk hanya sebesar 48,4%. Artinya, dari setiap 100 orang usia produktif akan menanggung 48-49 orang usia non produktif. Ini merupakan penurunan yang signifikan, jika dibandingkan dengan rasio ketergantungan tahun 1971 yang mencapai 86,8. Yang berarti, tiap 100 orang usia produktif harus menanggung 86-87 orang usia non produktif.

Hal inilah yang mendasari BPS, menyebut Indonesia tengah memasuki era bonus demografi. Yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada periode 2025 hingga 2030 nanti.

Sumber : databoks.katadata.co.id
Bila dibandingkan dengan negara lain yang saya peroleh dari situs web PewResearch Center, Indonesia masih bisa berlega hati. Berdasarkan data, Jepang merupakan negara yang diperkirakan pada tahun 2050 akan memiliki angka rasio ketergantungan yang paling tinggi yaitu mencapai 72%. Artinya, tiap 100 orang usia produktif harus menanggung 72 orang usia non produktif. Angka ini sebenarnya masih cukup rendah dibandingkan Indonesia pada tahun 1971 silam.

Setelah Jepang, 4 negara selanjutnya yang diperkirakan akan memiliki rasio ketergantungan penduduk yang cukup tinggi yaitu Spanyol (67%), Korea Selatan (66%), Italia (62%) dan Jerman (60%). Sementara itu, Perancis dan Inggris diperkirakan rasio ketergantungan penduduk 44% dan 42%. Berada di kisaran 30-an, termasuk negara-negar besar seperti Cina (39%), Amerika Serikat (36%), Rusia (33%), Brazil (36%), Turki (34%), Meksiko (32%), Argentika (31%) dan Israel (30%).

Kabar baiknya, Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan rasio ketergantungan yang cukup rendah pada tahun 2050 nanti yaitu 24%. Berarti tiap 100 orang produktif hanya akan menanggung 24 orang usia non produktif. Angka ini cukup luar biasa, menurut saya.

Sumber : databoks.katadata.co.id
Tidak heran jika kemudian pada tahun 2050 mendatang, ekonomi Indonesia diprediksikan oleh Pricewaterhouse Coopers (PwC) dapat menempati posisi 4 dunia dengan nilai GDP US$10,50 miliar atau sekitar Rp 140 triliun.

Negara-negara dengan penurunan rasio ketergantungan yang lebih rendah dari Indonesia, terutama dari negara-negara Afrika, seperti Afrika Selatan (16%), Kenya (10%) dan Nigeria yang terendah (6%). Selain itu, ada pula negara Mesir (19%) dan Pakistan (14%).

Keseimbangan Jumlah Laki-laki dan Perempuan Usia Produktif

Indonesia sepertinya tidak perlu khawatir berlebihan mengenai kesenjangan jumlah laki-laki dan perempuan. Hasil Statistik Indonesia dari BPS menyebutkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2016 yaitu 258 juta orang, terdiri dari laki-laki sebesar 129,98 juta orang dan perempuan sebesar 128,71 juta orang. Bisa dibilang hampir seimbang.

Bahkan, BPS menyebutkan usia produktif yaitu antara 15-64 tahun hampir mencapai 70%, yang bisa dibilang mendominasi usia penduduk Indonesia secara keseluruhan.

Di sisi lain, jumlah tenaga kerja indonesia (TKI) yang bekerja ke luar negeri mengalami penurunan 14,97% per tahun 2016, dibandingkan tahun sebelumnya. Yaitu menjadi 234.451 pekerja dibandingkan tahun sebelumnya 275.736 pekerja.

Jumlah TKI yang ke Arab Saudi mengalami penurunan yang cukup signifikan sepanjang tahun 2016 yaitu mencapai 41 persen. Ini membuat penempatan TKI ke Arab Saudi dibawah Malaysia, Taiwan, Singapura dan Hongkong.

Saya kira hal ini juga sebaiknya cukup diperhatikan oleh pihak Pemerintah. Dengan melimpahnya usia produktif dan menurunnya minat tenaga kerja ke luar negeri, berarti sebagian besar masih memilih bekerja di dalam negeri. Tentu perlu penambahan kesempatan kerja untuk menampung tenaga kerja tersebut.

Dengan semangat Hari Kartini di Bulan April, maka saya pun mencaritahu lebih lanjut mengenai jumlah penduduk perempuan yang bekerja. Masih berdasarkan data dari BPS pada Survei Angkatan Kerja Nasional 2016, penduduk perempuan yang terserap pada dunia kerja mencapai 45,5 juta. Angka itu masih tergolong rendah, menurut saya, dibandingkan dengan penduduk Indonesia perempuan yaitu diatas 128 juta orang.

Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja perempuan yaitu pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Yaitu mencapai 30% dari keseluruhan jumlah pekerja perempuan atau sekitar 13,7 juta jiwa. Selanjutnya diikuti dengan sektor perdagangan besar dan industri manufaktur. Sektor-sektor lain yang menyerap tenaga kerja perempuan lebih kecil yaitu jasa pendidikan, penyediaan akomodasi, administrasi pemerintahan, jasa kesehatan dan jasa lainnya.

Upaya Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja

Dari data-data diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa Indonesia tengah bersiap menyongsong peningkatan yang luar biasa.

Hanya saja masih ada catatan yang penting diperhatikan yaitu upaya meningkatkan kualitas tenaga kerja. Sebagaimana disebutkan oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusian (IPSK)-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tri Nuke Pudjiastuti dalam siaran pers, kualitas tenaga kerja asal Indonesia masih tergolong rendah.

Selain itu, kata Nuke, keahlian dari tenaga kerja Indonesia masih minim sehingga sulit memiliki daya saing. Faktor pendidikan untuk kalangan usia produktif juga dianggap masih rendah. Pembenahan hal ini tidak kalah penting agar usia produktif menjadi tenaga kerja yang relevan dengan dunia kerja.

Lebih lanjut, upaya memanfaatkan era bonus demografi, hanya dapat dilakukan jika Pemerintah dapat menciptakan kebijakan sejalan dengan keadaan demografi saat ini, seperti menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya. Selain itu juga penting adanya upaya pemerintah mendukung investasi pendidikan dengan keahlian serta kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan saat ini dan mendatang.

Tiga generasi perempuan di keluarga saya (dok.pribadi)
Memang upaya pemerintahlah tidak ringan, namun saya dan para orangtua di seluruh Indonesia juga, memiliki PR yang tidak kalah penting. Kami para orangtua memiliki tanggung jawab menyiapkan generasi yang sehat, cerdas dan produktif. Secara sederhana, jika usia angkatan kerja Indonesia tidak mampu bersaing, maka sulit bagi mereka untuk mendapat pekerjaan. Akhirnya, kemiskinan meningkat dan perekonomian akan terganggu.

Oh ya, sebagai seorang perempuan yang memiliki anak perempuan, pesan dan harapan saya tentunya akan semakin banyak kesempatan kerja dan keseteraan perempuan di dunia kerja. Tentunya, hal itu didukung dengan tingkat pendidikan yang merata untuk anak-anak perempuan di seluruh Indonesia.

Rupanya cukup menyenangkan melihat Indonesia dalam Angka dan proyeksinya. Terutama jika data-data tersebut dapat membantu masyarakat Indonesia secara positif melihat lebih jauh perkembangan pembangunan dan ekonomi di masa depan. Saya pribadi, menjadi lebih bersemangat membangun kompetensi diri, sekaligus mempersiapkan anak-anak saya menjadi generasi yang produktif untuk berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia di masa yang akan datang.

*Artikel ini diikutsertakan dalam kompetisi blog "Kenali Indonesia Dengan Data" yang diselenggarakan oleh KataData.


Sumber :

https://www.bkkbn.go.id/pages/sejarah-bkkbn

http://lipi.go.id/berita/jumlah-usia-produktif-besar-indonesia-berpeluang-tingkatkan-produktivitas/15220
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/09/06/indonesia-masuk-era-bonus-demografi-puncaknya-terjadi-pada-2025-2030
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/09/24/bonus-demografi-2016-jumlah-penduduk-indonesia-258-juta-orang
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/04/21/sektor-apa-yang-paling-banyak-serap-pekerja-wanita
http://www.pewresearch.org/fact-tank/2014/02/04/the-countries-that-will-be-most-impacted-by-aging-population/
https://www.pwc.com/gx/en/issues/economy/the-world-in-2050.html
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170209135244-78-192336/indonesia-jadi-raksasa-ekonomi-terbesar-ke-4-dunia-pada-2050/
http://asia.nikkei.com/Politics-Economy/Economy/Indonesia-set-to-become-fourth-largest-economy
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/02/27/berapa-penempatan-tki-ke-arab-saudi-pada-2016
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/03/02/indonesia-bakal-jadi-raksasa-ekonomi-dunia-pada-2050

3 comments:

  1. bonus demografi bisa bawa manfaat positif tapi juga bisa jadi musibah ya mba kalau tidak disikapi dengan bijak dan dipersiapkan sejak dini.

    ReplyDelete
  2. Saya penasaran dengan data TKI-nya. Itu data TKI legal ya Mbak? TKI ilegal kan banyak juga, ya. Menyeberang secara ilegal dari pulau-pulau kecil di Indonesia ke luar negeri.

    Btw, sukses ya lombanya, Mbak :)

    ReplyDelete
  3. Wuah, aku ga pernah loh sedalem ini mengulik Indonesia dengan data.. Jadi tau banyak nih sekarang, makasi infonya ya maaaak

    ReplyDelete

Terimakasih yaa ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...