Assalamualaikum. Selamat pagiii! Hehe setidaknya masih pagi untuk saya menulis, menyisipkan sedikit waktu sendiri. Selama dua hari kemarin, kakak Aylaa sakit panas, jadi benar2 tidak ada waktu untuk menulis blog. Janji saya untuk menulis satu hari satu tulisan sepertinya memang sulit ditepati. Maafkaaan ^.^
Oh ya, sedikit mengenai antibiotik saat anak sakit, pernah saya baca. Jadi kalau ke dokter langganan, biasanya saya minta obat tanpa antibiotik untuk anak. Intinya, obat antibiotik bisa menimbulkan gangguan ginjal karena terlalu berat bekerja dan tidak juga selalu efektif mengobati, serta dosis harus dinaikkan seiring dengan bertambahnya umur dan lain sebagainya yang tidak bagus. Dan sependek pengetahuan saya, dokter2 di Indonesia memang biasa menggunakan antibiotik dengan mudah.
Tapi, akhirnya kemarin saya harus menyerah. Lantaran Aylaa panasnya sudah lebih dari 39 sderajat celcius selama dua hari. Pada senin tengah malam jam 3 pagi tepatnya, saat orang2 menonton final Piala Eropa, saya dan suami tergopoh2 membawa Aylaa ke RS. Pasalnya, ia menggigil dan panasnya sudah hampir 39 derajat
Celcius.
Sampai di ruang IGD, Aylaa di periksa dokter dan diberi obat penurun panas sekaligus anti-kejang dari (maaf) pantat. Panasnya lumayan turun. Dokter lalu memberi obat. Tapiiii, selama seharian, panasnya tidak turun berarti. Bahkan senin sore naik lagi bahkan lebih dari 39. Deg2an lah ibu yg panikan ini, dan
sibuk menelpon Ayah yang di kantor.
Akhirnya sore2 langsung ke dokter anak, dan diberikan (hiks) obat antibiotik tingkat tinggi sepertinya. Karena setelah minum obat, panasnya langsung turun. Radang tenggorokan memang seringkali dialami Aylaa. Bahkan dokter bilang, amandelnya mungkin harus dioperasi. Nanti dulu ya, dok. Ibunya harus siap2in
mental dulu kalo yang ini sih.
Jadi, antibiotik perlu atau tidak, memang harus lihat2 kondisi anak. Kalau memang demam masih bisa dikontrol dengan obat penurun panas dari jenis parasetamol dan obat flu, memang asupan antibiotik masih bisa ditahan. Tapi, kalau demamnya tinggi dan dikhawatirkan anak pernah ada riwayat kejang, ya nurut kata dokter aja deh. Hehe maklum saya juga bukan dokter dan tidak ada latar belakang medis. Modalnya, cuma mantan wartawan yang sering nulis kesehatan dan browsing2 artikel kesehatan.
Tapi yang tak kalah penting untuk saya adalah mendengarkan kata hati. Jangan remehkan, perasaan seorang ibu saat anak sakit ataupun menghadapi kondisi apapun. Itu merupakan parameter yang tidak kalah akurat dan merupakan berkah dari Allah SWT.
Selamat melanjutkan aktivitas, terimakasih sudah mampir ^.^
No comments:
Post a Comment
Terimakasih yaa ^_^