Pages

Thursday, 4 October 2012

Proses Pembelajaran Itu Bernama Mengajar

Hai apa kabar semua? Semoga sehat dan baik-baik saja. Syukur alhamdulillah saya dan keluarga juga begitu. Oh ya, sejak bulan September kemarin saya dipercaya sebagai instruktur Klub Menulis di salah satu sekolah di Depok. Tepatnya, di SDIT Lentera Insan.

Kok bisa sih? Kebetulan saya kenal dengan pendiri sekolah tersebut karena pernah saya wawancarai sewaktu masih menjadi wartawan di harian Seputar Indonesia. Kemudian, anak saya juga baru masuk di SD tersebut, jadi hubungan silaturahimnya lumayan dekat.

Judul saya diatas memang benar-benar apa yang saya rasakan. Setiap kali akan mengajar, menyiapkan materi dan berada di kelas dengan para siswa klub menulis, saya merasakan saya juga belajar. Saya belajar lagi mengenai berbagai penulisan, saya belajar memahami masing-masing siswa dan saya juga belajar tentang diri saya sendiri sebagai seseorang yang suka menulis.

Menulis bagi saya layaknya mencurahkan apa yang ada dalam otak sekaligus dari dalam hati. Seperti yang selalu saya ingatkan kepada para siswa di klub menulis saya, tulisan yang baik adalah yang berasal dari hati.

Menulis bagaikan mengambil intisari dari berbagai pemikiran yang sliweran di otak, menyaringnya dengan rasa yang dimiliki oleh hati untuk dikomunikasikan oleh jemari menjadi kata-kata yang dapat dipahami. Sungguh, menulis sebenarnya merupakan sebuah proses yang tidak sederhana namun tidak sulit. Sebagaimana moto saya dan anak-anak klub menulis tiap kali memulai dan mengakhiri pertemuan di kelas, "Menulis itu mudah dan menyenangkan". Ya, hal itu yang ingin saya tanamkan kepada anak-anak.

Anak saya sendiri, Rachma Aylaa Santoso saat ini masih duduk di kelas 1. Berdasarkan tes kecerdasan yang dilakukan di sekolah berdasar pada beberapa jenis kecerdasan, hasilnya kecerdasan tertingginya yaitu cerdas bahasa, diikuti cerdas gerak dan cerdas matematika dan ruang. Padahal saya sebagaimana ibu2 yang lain, hanya membantunya belajar membaca dan menulis, gak terlalu istimewa. Ibu2 yang lain bilang, "Dasar anak wartawan, ya anaknya juga gak jauh2. Buah memang jatuh gak jauh dari pohon". Hehe mungkin sejak dari perut, Aylaa sering denger ibunya wawancara dan nemenin ibu nulis berita kali yaa :)

Anyway, saya jadi teringat kedua kakek saya. Keduanya adalah guru. Mungkin juga ada bakat jadi guru dalam diri saya. Yang pasti adalah saya merasakan setiap kali mengajar sebagai proses pembelajaran untuk saya, waktu berlalu tanpa terasa saat sedang bersama anak-anak di klub menulis. Itu tandanya saya sangat menikmati waktu tersebut bukan? Hehe semacam kalau kita sedang bersama orang yang kita sayangi gitu.

Wah sudah tengah malam nih, seperti halnya mengajar, menulis seringkali membuat saya lupa waktu, termasuk saat ini. Selamat malam.

2 comments:

  1. Setuju mak, jaman ngajar dulu aku selalu belajar dlu, jgn sampe dong mati gaya di depan anak2 hehehe... Kok bisa ya makin sering kita berbagi ilmu makin pintar lah kita :)
    Btw asyik bgt tuh Klub nulis nya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak, saya percaya kalo semakin banyak yang kita ajarkan, semakin banyak juga kita belajar. Yuk mampir ke Klub Menulis kita mak ^_^

      Delete

Terimakasih yaa ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...