Hari ke-3 setelah kelahirannya ia harus menjalani operasi ballon pada jantung untuk menyelamatkan nyawanya. Tepat usia satu bulan, ia kembali melewati ujian yang tak ringan yaitu operasi bedah jantung untuk mengoreksi pembuluh darah jantungnya.
Namun, bukan tetes air mata yang ingin saya bagi dari pengalaman ini. Saya belajar untuk #BeraniLebih optimis untuk Sandya.
Berbagi kisah Sandya di salah satu majalah (dok.pribadi) |
Kondisi keuangan kami saat itu sangat tidak mencukupi untuk segala prosedur pengobatan Sandya. Asuransi dari kantor suami juga tidak menanggung biaya karena penyakit bawaan dikecualikan dari klausul asuransi. Percayalah, secara logika, keadaan kami untuk menjalankan pengobatan Sandya sungguh tidak masuk hitungan.
Sandya kemudian mengajarkan saya untuk #BeraniLebih optimis. Tangan mungilnya yang baru bisa saya sentuh setelah dua minggu keluar dari ruang perawatan khusus, menggenggam erat, seolah meyakinkan semua akan mampu kami lalui.
Sandya itu ceria sepanjang waktu. (dok.pribadi) |
Meski tiap kali saat saya menyusuri lorong rumah sakit, saya harus menahan perasaan dan air mata, saya #BeraniLebih optimis karena begitu banyak bantuan dan pertolongan dari teman dan keluarga yang tak pernah saya kira.
Kondisi Sandya kemudian mengantarkan saya pada komunitas orangtua terpilih yang dianugerahi putra putri dengan keistimewaan pada jantung mereka. Mengenal orangtua yang dengan tegar menguatkan hati orangtua lain, meski ditengah kesedihan ditinggalkan putri tunggal mereka. Saat itu saya belajar #BeraniLebih optimis dari mereka berkat Sandya.
Saya #BeraniLebih optimis saat menghadapi cek kondisi jantung Sandya tiap bulan Desember. Meski beberapa minggu sebelumnya, sakit kepala saya sering tiba-tiba kambuh.
Main begini bisa berjam-jam tanpa capek. Ibunya yang capek -__- (dok.pribadi) |
Kini kondisi Sandya tak ubahnya anak seusianya. Senang bermain mobil-mobilan dan tertawa ketika dikelitiki atau dicium bagian perutnya. Bermain petak umpet bersama kakaknya, serta belajar berhitung bersama saya saat ia mau. Perbedaannya hanyalah ketika ia membuka baju. Tampaklah garis bekas operasi di bagian dada sebagai simbol ia adalah sosok yang membuat saya #BeraniLebih optimis, bahkan pada saat paling sulit.
Sandya kini saya sematkan panggilannya, Ican. Bukan sembarang panggilan. Namun untuk saya, sebagai pengingat, akan selalu ada kata "I can" yang artinya "Saya bisa", tiap saat saya memanggilnya. Akan selalu ada #BeraniLebih optimis untuk dan dari dirinya.
Twitter : @ririns (https://twitter.com/ririns)
Facebook : https://www.facebook.com/ririn.sjafriani
Tulisan diikutserakan pada Kompetisi Tulisan Pendek di Blog #BeraniLebih dari Komunitas Light of Women
optimis untuk masa depan anak juga ya mbak
ReplyDeleteInsya Allah mba Lid, terimakasih yaa :)
DeleteWaah mbak Ririn dan Sandya hebat yaa.Tetap optimis mbaak.
ReplyDeleteInsya Allah mba Nunung :) Aku aslinya orangnya cengeng bgt, inget2 dan nulis ini aja sambil berurai air mata :D
ReplyDeleteSehat terus ya Ican, insya Allah akan menjadi kebanggaan keluarga. Aamiin.
ReplyDeleteAamiin. Insya Allah. Makasih mak Lusi :)
DeleteHai, Icaaaan. Kalau gak dengar bundamu cerita dan baca tulisan ini, gak bakal tau kalau ican punya keistimewaan yg luar biasa dan kamu memang luar biasa. Nice sharing, Rin... aku juga ikut optimis.
ReplyDeleteHalo tante Donna, terimakasih yaa. Ican mau janjian minum yoghurt lagiii donk :D
Delete