Ilustrasi seorang pria di BacuArchipelago, Palawan, Filipina (© Deddeda/Design Pics/Corbis)
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah dan ridha-Nya yang membuat saya mampu mengikuti lomba blog #10daysforASEAN. Hihihi berasa lagi ngasih sambutan penerimaan penghargaan ya, mak. Itung-itung latihan lah kalo jadi pemenang beneran *ngareeep* ^_^
Kalau melihat lagi perjalanan tulisan saya sejak hari ke-1 lomba blog yang diadakan aseanblogger ini memang harus saya akui ada kemajuan yang cukup signifikan. Tenang..tenang sodara-sodara, ini bukan berarti saya merasa tulisan saya makin bagus dibanding orang lain, tapi dalam arti, tulisan saya semakin baik dibandingkan tulisan saya sebelumnya. Sejak pensiun dari karir wartawan, saya masih terus menulis terutama untuk pekerjaan freelance atau paruh waktu, tapi mendisiplinkan diri untuk menulis setiap hari rasanya suuuulit :D Sampai akhirnya lomba blog #10daysforASEAN ini menjelang *halaaah bahasanya, riin*
Baiklah, hari ke-8 dari tema #10daysforASEAN kali ini mengenai Filipina dan Kebebasan Berekspresi. Ada beberapa kesan saya secara pribadi, karena saya pernah berinteraksi langsung dengan rekan wartawan dari negara tersebut. Nah dia itu yang menjadi latar belakang judul artikel saya. Mau tahu? Baca terus sampai akhir yaa. *penasaran kan, kaaan* ^_^
Tapi, sebelumnya kita kutip dulu tema hari ke-8 dari panitia #10daysforASEAN yang saya hormati *menjura*. Berikut kutipannya:
Filipina dan Kebebasan Berekspresi.
Kebebasan berekspresi dan kebebasan informasi di negara-negara anggota ASEAN tidak sama. Beberapa negara, termasuk Indonesia, bebas atau longgar dalam hal kebebasan pers dan kebebasan berekspresi bagi para blogger, yang sekarang ini menjadi salah satu alternatif dalam penyebaran informasi atau jurnalis warga. Tetapi ada juga negara yang mengekang kebebasan berekspresi warganegaranya, dan ada negara yang memenjarakan blogger jika tulisannya menentang pemerintahan negaranya.
Bagaimana dengan Filipina? Apakah Filipina termasuk negara yang longgar dalam kebebasan berekspresi dan informasi bagi para warganegaranya, termasuk blogger atau jurnalis warga? Tuliskan dalam satu postingan menarik bagaimana pendapatmu tentang kebebasan berekspresi dan kebebasan informasi di Filipina.
Serba-serbi fakta negara Filipina menurut Wikipedia yang sudah saya pilah pilih terkait dengan tema :
- Bahasa pengantar di sekolah dan universitas di Filipina umumnya memakai Bahasa Inggris.
- Sebagian besar dari warga negara Filipina mampu bercakap-cakap atau berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
- Hampir 100 % warga negara Filipina dinyatakan bebas buta aksara, termasuk yang tertinggi di Asia.
- Filipina adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki pengaruh barat yang sangat kental.
- Gaya hidup orang Filipina adalah satu-satunya gaya hidup di Benua Asia yang sangat kebarat-baratan.
- Filipina merupakan negara paling demokratis di Asia.
- Filipina merupakan negara di Asia Tenggara yang memiliki tingkat kebebasan pers tertinggi.
Sebelum saya membuat analisa saya yang mungkin jauh dari akurat, sebaiknya saya tulis dimulai dari apa yang saya tahu hasil interaksi saya dengan rekan sesama jurnalis asal Filipina. Tapi, saya gak sebut nama jelasnya ya. Sebut saja, teman saya itu bernama Evelyn. Tubuhnya tinggi langsing dengan kulit yang putih. Kakinya terlihat jenjang. Dia juga pandai menari. *halaaah saya kok jadi berasa bikin cerpen, mak*
Nah, diantara peserta pelatihan jurnalistik saya sewaktu di Jerman bersama beberapa rekan asal Asia dan Afrika, Evelyn ini tampak menonjol karena perawakannya diatas rata-rata wanita Asia *termasuk saya yang mungil ini*, selain itu diantara para partisipan kemampuan bahasa Inggrisnya juga sangat bagus. Cas cis cus gitu lah pokoknya. Coba deh cek poin ke 1 serba serbi fakta negara Filipina di atas, yang menyatakan bahwa sebagian besar warga negara Filipina mampu bercakap-cakap atau berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
"Mengapa itu bisa terjadi? Katakan, cepat katakan!" Hehe lebay amat sih. Coba cek poin no.2 yaitu bahasa pengantar di sekolah dan universitas di Filipina umumnya memakai Bahasa Inggris. Hal ini mungkin berhubungan dengan Filipina yang termasuk bekas jajahan Amerika Serikat, sehingga Bahasa Inggris menjadi bahasa utama di dunia pendidikan dengan tujuan memudahkan para siswa dan siswi Filipina untuk bersaing dengan siswa dan siswi dari negara lain di tingkat global. Sehingga Pemerintah Filipina memutuskan bahasa Inggris sebagai bahasa utama di pendidikan formal di Filipina, walaupun ada lebih dari 150 bahasa asli yang dipakai, termasuk bahasa nasional, Bahasa Tagalog.
Kawasan Pusat Bisnis Makati di Filipina (© Skip Nall/Corbis)
Jadi bahasa Inggris, bukan lagi dianggap bahasa kedua oleh mereka, namun sebagai bahasa yang digunakan sehari-hari. Hal ini berbeda sama negara kita, yang sebagian besar warga menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerahnya masing-masing sehari-hari. Kecuali, untuk sebagian kecil saja orang Indonesia yang menerapkan bahasa Inggris.
Gimana mau digunakan? Coba, baru denger aja ada yang ngobrol pake bahasa Inggris, begitu ngeliat sama-sama orang Indonesia, gak jarang terdengar celetukan-celetukan kurang sedap, seperti "Idih, sok jago bahasa Inggris" atau yang lebih pedes lagi, "Makan masih pake tempe sama ikan teri aja belagu pake bahasa Inggris".
Nah loh, padahal apa hubungannya kemampuan bahasa Inggris sama tempe dan ikan teri. Tapi hal-hal semacam itu yang terkadang membuat orang Indonesia malu mempraktekkan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari. Padahal apa susahnya sih membiarkan orang lain belajar mempraktekkan bahasa Inggris atau bahasa apapun terserah mereka di muka umum, asal jangan pake bahasa alien aja kali, ntar beneran dateng lagi hehehe :)
Satu lagi fakta yang sangat luar biasa menurut saya adalah poin fakta no.3 yaitu hampir 100 % warga negara Filipina dinyatakan bebas buta aksara, termasuk yang tertinggi di Asia. Ini merupakan pencapaian yang sungguh luar biasa. Saya sangat mengapresiasi pemerintah Filipina khusus poin ini dan berharap negara Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya bisa mencontohnya.
Namun, bagaimana caranya? Asal tahu saja, Filipina menetapkan bahwa pendidikan wajib yang mesti di tempuh para siswa dan siswi di negara itu adalah 13 tahun. Kebijakan itu diambil sebagai salah satu kunci mengurangi angka kemiskinan. Sebelumnya, sistem pembelajaran di Filipina hanya mengenal enam tahun belajar di Sekolah Dasar serta empat tahun di Sekolah Menengah.
Siswa di Filipina (ourworldtravel.com)
Dengan undang-undang yang baru, maka siswa wajib masuk taman kanak-kanak (TK) selama satu tahun sebelum duduk di bangku SD. Selanjutnya, pemerintah juga meminta pengelola sekolah menengah untuk menambah waktu belajar, dari empat tahun menjadi enam tahun. Siswa harus mengikuti pendidikan tambahan jika akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Hmm pantas saja, buta aksara bisa ditepis sedemikian rupa oleh Filipina.
Sudah tiga poin yang saya bahas, mari kita lanjut!
Gaya Metropolitan
Saya mau mengembalikan bahasan kembali melalui gambaran teman saya. Evelyn tampak sebagai wanita metropolis yang serba modern, dengan balutan pakaian serba modis ala model di musim dingin, sepatu boot tinggi yang membalut kaki jenjangnya, dan selalu setia menjinjing laptop merk yang namanya sama dengan salah satu buah, dengan lambang buah yang sudah digigit *ayoo apa coba, buah yang diawali huruf A. Hihihi ini kok jadi tebak-tebakan*.
Nah hal ini sangat sesuai dengan poin nomor 5 diatas yaitu gaya hidup orang Filipina adalah satu-satunya gaya hidup di Benua Asia yang sangat kebarat-baratan. Meskipun, hal tersebut sebenarnya juga tampak pada penduduk di kota metropolitan lain, misalnya Jakarta ataupun Singapura. Namun, mungkin secara keseluruhan, penduduk di Filipina tampak lebih menonjol.
Mengapa demikian? Nah, kalau jeli membaca fakta-fakta yang saya tulis diatas, mungkin bisa menjawab dengan mudah. Ya, benar! Sebagaimana fakta poin no.4 yang menyatakan bahwa Filipina adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki pengaruh barat yang sangat kental.
Lebih jauhnya alasan pengaruh barat itu karena besarnya pengaruh Spanyol dan Amerika Serikat yang pernah menjadikan Filipina sebaga negara jajahannya. Tak aneh jika kemudian kebudayaan tersebut menetap dalam budaya setempat. terhadap berbagai sisi kehidupan masyarakat Filipina. Coba amati, pengaruh dunia barat tampak dari nama-nama orang Filipina kebanyakan berbau Spanyol, kemudian mereka juga terbiasa menggunakan upacara pernikahannya ala Amerika.
ilustrasi wanita menggunakan komputer (fangraphs.com)
Dari segi teknologi pun, Filipina tampak sangat maju dibandingkan negara ASEAN, bahkan di Asia. Saya ingat, Evelyn yang saat itu sekitar 23 tahun seringkali chatting tak hanya dengan kakak dan adiknya, tapi juga kedua orangtuanya. Hehehe kalo diperkirakan usia ibunya sekitar 50-an tahun, saya jadi ikut kagum. Sebab orangtua saya, ataupun sebagian besar Tante dan Om saya yang usianya hampir sama hanya terbatas bisa menerima atau menelpon, ataupun menerima pesan singkat berupa short message system (SMS). Jarang yang mampu menggunakan layanan telepon melalui internet, seperti Skype,Yahoo Messenger ataupun layanan yang lain.
Dari Evelyn pula, saya mengetahui bahwa sekitar tahun 2009, rumahnya di Manila sudah menggunakan koneksi internet melalui wi-fi. Di Indonesia, saat itu memang belum lazim menggunakan wi-fi untuk koneksi internet, kalau ada pun, hanya di wilayah perkantoran, mal, kafe ataupun rumah-rumah kawasan tertentu. Berbeda dengan saat ini, wi-fi seakan-akan menjadi koneksi wajib di rumah kawasan perkotaan, selain televisi kabel. Tak heran, saat ini ada operator yang memberikan dua fasilitas dalam satu tagihan, yaitu koneksi televisi kabel dan internet yang dapat menggunakan alat tertentu untuk digunakan secara wi-fi. *sponsor mana sponsoorrrr* :D
Kebebasan Demokrasi
Masuk ke topik yang lebih serius, lalu bagaimana dengan kebebasan demokrasi di negara kepulauan terbesar kedua setelah Indonesia ini? Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara bahkan Asia, Filipina berbeda dalam hal kebebasan demokrasinya.Sebagaimana poin no.6 yaitu Filipina merupakan negara paling demokratis di Asia.
Kebebasan demokrasi yang akan dibahas dalam hal ini yaitu kebebasan berekspresi seperti mengungkapkan pendapat, kritik dalam bentuk tulisan. Tidak hanya terbatas dari insan pers dengan media resmi, saat ini sudah semakin banyak dikenal penulis dengan media internet yaitu blogger ataupun jurnalisme warga atau citizen journalism yang dilakukan oleh masyarakat umum.
Kemudian bagaimana jika dilanjutkan dengan poin no. 7 yang mengatakan Filipina merupakan negara di Asia Tenggara yang memiliki tingkat kebebasan pers tertinggi? Memang dapat dikatakan Filipina adalah salah satu negara yang terbilang bebas berekspresi, termasuk media. Pers di Filipina bisa dibilang sangat "hidup", bahkan ketika dibandingkan dengan Indonesia yang ternyata masih dibilang lebih tradisional. Jangankan pejabat-pejabat pemerintah, bahkan Presiden pun sering kli menjadi sasaran kritik maupun olok-olok media.
Pemerintah dan masyarakat Filipina sangat bangga dengan hal kebebasan ini. Mereka seakan ingin menyerukan kepada dunia, bahwa mereka berbeda dengan negara-negara Asia lainnya, bahwa demokrasi dan pertumbuhan ekonomi dapat berjalan seiring.
Namun, fakta yang dikumpulkan oleh Reporters Without Borders (RSF) atau Reporters Sans Frontières (RSF), lembaga nirlaba yang mendukung dan memperjuangkan kebebasan informasi dan pers, dalam rilis Indeks Kebebasan Pers 2013 justru menunjukkan bahwa Filipina menempati peringkat ke-147 dalam kebebasan pers global dan peringkat ke-6 di ASEAN.
Jika dibandingkan dengan Indonesia berada di posisi 139 dalam kebebasan pers global dan peringkat ke-3 di ASEAN. Bahkan lebih rendah dari Kamboja dan Malaysia yang masing-masing secara global berada di posisi 143 dan 145, dan peringkat ke 4 dan 5 di ASEAN.
Demonstrasi hentikan pembunuhan dan kekerasan terhadap jurnalis
(jemelyn.wordpress.com)
Tak cukup sampai disitu, satu lagi organisasi nirlaba yang mendukung kebebasan pers seluruh dunia yang berkantor pusat di Amerika Serikat, Committee to Protect Journalist (CPR) yang menempatkan Filipina pada peringkat ke-3 sebagai negara yang paling berbahaya bagi para jurnalis. Tak tanggung-tanggung, peringkat ini sempat disematkan pada negara Filipina selama empat tahun berturut-turut. Jika dilihat sekilas, hal ini sangat berbanding terbalik dengan kebebasan demokrasi yang dibangga-banggakan negara mereka.
Pernyataan Serikat wartawan nasional Filipina sebagaimana dilansir Radio Australia mengatakan, peringkat tinggi negara indeks yang dikeluarkan CPR tersebut adalah cerminan kegagalan dalam menghadapi pembunuhan pekerja media dan menghukum pelaku pembunuhan. Serikat juga menyebutkan 15 wartawan dibunuh selama pemerintahan Presiden menjabat saat ini, dan hanya 10 tersangka yang telah didakwa, tapi menurut mereka tidak satu pun dari mereka adalah otak di balik pembunuhan.
Menanggapi hal itu, Juru bicara kepresidenan, Edwin Lacierda, mengatakan pemerintah Filipina telah meningkatkan upaya dalam memerangi kekerasan atas wartawan, diantaranya membentuk satuan tugas penyelidikan atas pelanggaran Hak Asasi Manusia dan pembunuhan atas pekerja media.
Kalau ada yang masih ingat rekan saya Evelyn, sepanjang yang saya tahu waktu itu dia adalah seorang jurnalis dari sebuah majalan gaya hidup. Memang jurnalis untuk bidang ini relatif lebih aman dibandingkan bidang lain yang terkait langsung dengan politik dan hukum.
Namun, jurnalis dari negara manapun, termasuk pada jurnalis warga dan blogger, saya harapkan tetap mempertimbangkan keamanan pribadi maupun keluarga, ketika mengedepankan fakta. Setidaknya, ketahui risiko yang sekiranya dapat mengincar Anda. Ingat, keselamatan tak kalah penting dengan fakta yang hendak disajikan. Bagaimanapun juga, kebebasan berekspresi tetap memiliki sisi pertanggungjawaban, pergunakanlah sebijak mungkin.
terima kasih atas infonya.. :) jadi lebih ingin mendalalami mengenai negara Filiphina nih..
ReplyDeletesalut sama filipina banyak menaghasilkan talenta kelas dunia.. kaya miss universe 2013... ,petinju, dan artis you tube berbakat seperti carmina topacio... dan pendidikannya mengajarkan bahasa inggris sebagai bhasa sehari hari ,, salut deh , kapan indonesia bisa gitu ... hmmm
ReplyDeleteizin copas
ReplyDeleteCopas boleh, tapi tolong cantumkan sumber yaa. Terimakasih :)
Deletewaaaa,,, bgtu yakk.. jadi kalau persepsi masyarakat filipinanya sendri ttg budaya dan kehidupan dan bangsa mereka sendiri menurut kk gmna???
ReplyDelete