Pages

Tuesday, 14 July 2015

Anak-anak Belajar Antri? Bisa Kok

Saya pernah membaca mengenai guru di Australia yang merasa lebih khawatir jika murid-muridnya tidak bisa antri, dibandingkan tidak bisa mengerjakan soal matematika. Mengapa? Karena untuk melatih anak matematika dapat dilakukan secara intensif hanya dalam jangka waktu 3 bulan. Sedangkan, membangun kebiasaan antri dibutuhkan waktu 12 tahun! Pantas saja mereka khawatir.

Bagaimana dengan di Indonesia? Sayangnya, antri masih bisa dibilang budaya asing. Hiks. Saya kerap diserobot saat antri, ataupun terkadang tidak dapat dibentuk antrian sama sekali. Misalnya, saat di toilet ataupun berbelanja di tempat-tempat tertentu. 

Semoga kebiasaan antri anak-anak ini berkembang hingga mereka dewasa nanti. (dok.pribadi)
Ini merupakan salah satu alasan saya lebih memilih belanja di pertokoan atau swalayan. Karena saat membayar, semua orang dikondisikan dalam keadaan antri. Meski alasan lain juga sih, karena saya seringkali salah ambil barang yang mau di beli di pasar tradisional. Yang kemudian jadi bahan ejekan sepanjang masa oleh suami hahahahah :D

Intinya, saya sih rela deh antri lama, asal tertib dan tidak ada yang nyerobot-nyerobot gitu. Bawaannya jadi nahan kesel sama marah, soalnya kan malu juga kalo ngomel beneran. Seringnya sih gak enak. Maklum lah orang Indonesia.

Harapan Baru

Beberapa waktu lalu saya dan anak-anak berada di sebuah arena permainan. Tersedia mobil2an dan pom pengisian bensin mainan. Lucuuu deh. Anak saya langsung semangat main. Puter sana, puter sini. Pokoknya gak pake capek deh, beda sama ibunya yang kemudian memilih melipir di pojok hehe -__-

Sampai akhirnya saya melihat antrian yang dibentuk oleh anak-anak usia 2-3 tahun. Ternyata mereka sedang mengantri untuk mengisi bensin. Seorang anak yang berusia sekitar 2 tahun tengah asik menjalankan tugas mengisi bensin. Sementara, anak saya menunggu di posisi antrian paling akhir.

Sungguh siang itu saya jadi lebay. Ditengah masyarakat Indonesia yang katanya paling sulit antri, saya berdiri di hadapan beberapa anak-anak yang dengan tertib mengantri. Tak ada satu pun yang berusaha mendahului orang yang ada di depannya, sebagaimana yang sering saya lihat di dunia orang dewasa selama ini.

Sandya ngisi bensin sendiri loh ^_^ (dok.pribadi)
Demikianlah siang itu saya membawa secercah harapan, kelak antri menjadi kebudayaan yang tidak terpisahkan lagi di Indonesia, sebagaimana negara-negara lain. 

Ada banyak manfaat dari mengantri antara lain manajemen waktu, bersabar, menghargai orang lain, disiplin hingga bersosialisasi dan kreatif untuk mengisi waktu selama antri. Mengantri juga akan tampak sebagai cerminan dari etika moral seseorang. 

Bagaimana cara mengajar anak-anak antri? Menurut saya, tidak ada pembelajaran lain yang lebih baik untuk anak-anak mengenai antri, yaitu melihat contoh orangtua dan orang-orang di sekelilingnya. 

Saya yakin beban tanggungjawab itu tak hanya tugas orangtua, pendidik atau sekolah, namun juga seluruh lapisan masyarakat. Bagaimana menurut teman-teman?







6 comments:

  1. bisa banget mbak anak-anak belajar antri, dewasa yang gak bisa antri malu dong sama anak-anak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe iya mba Lid, aku mikir kok ya anak2 itu tanpa ada yg nyuruh, bisa antri gitu. Bener2 kesadaran diri mereka aja.

      Delete
  2. Saya malah suka sering kena tegur anak-anak karena nggak sabar antre, Mak :)))))

    ReplyDelete
    Replies
    1. *tepook jidat* hmmmm yang begini nih. Ayo belajar lebih antri, eh lebih sabar lagi mak :)

      Delete
  3. ana-anak sebetulnya bisa diajarin antre. Tinggal kitanya aja mau ngajarin atau enggak. Karena anak kadang meniru orang terdekatnya

    ReplyDelete

Terimakasih yaa ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...