Pages

Tuesday, 21 June 2016

Mari Dukung Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan Sosialisasi Online Menuju Bebas DBD

"Tahun ini musim DBD semakin panjang. Biasanya hanya sampai Maret-April, tapi sekarang sampai bulan Juni masih tinggi penderitanya," ujar salah seorang teman saya yang merupakan juru pemantau jentik atau jumantik di kawasan Jakarta Timur.

Perubahan iklim dan curah hujan menjadi salah satu penyebab masih tingginya #demamberdarahdengue hingga saat ini. Banyak genangan air, merupakan lokasi perindukan nyamuk aedes. "Satu tetes air yang tergenang saja, jentik bisa jutaan," lanjut teman saya lagi.

Mendengar hal itu, perasaan saya seperti ikut diremas-remas. Masih lekat di ingatan, ketika putri saya yang baru berusia 7 bulan, demam tinggi dan tampak sangat lemas. Dokter klinik dekat rumah segera meminta saya agar membawanya ke rumah sakit dengan fasilitas yang lebih lengkap. Hingga akhirnya cek darah mengonfirmasi bahwa anak saya terkena DBD. Rasanya enam hari di rumah sakit menjadi hari terlama yang pernah saya alami. Itu sebabnya saya sangat bersemangat tiap kali mendengar upaya pencegahan DBD.

Mari lakukan 3M Plus di rumah dan lingkungan sekitar untuk mencegah penyebaran DBD (dok.pribadi)

Bertepatan dengan Hari Dengue Se-ASEAN atau #ASEANDengueDay (ADD) yaitu tanggal 15 Juni 2016, diadakan peringatan melalui simposium dengan tema "Bergerak Bersama Cegah DBD Melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik", di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Saya beruntung dapat menjadi salah satu blogger yang berkesempatan meliput kegiatan tersebut dan memperoleh banyak informasi dari acara tersebut.

DBD merupakan virus penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes Aegepti, dengan angka penyebaran yang sangat tinggi.  Data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan, kasus DBD tertinggi di negara-negara kawasan Asia Pasifik. Indonesia termasuk sebagai negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar diantara 30 negara endemis. Pada tahun 2015, tercatat 129.179 penderita demam berdarah di 34 provinsi di Indonesia, dengan angka kematian 1.240 penderita.

Hal itu tentunya mengundang kekhawatiran yang tidak sedikit. Sehingga akhirnya digagas Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr.dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K). Sebenarnya acara kemarin akan dibuka dan dihadiri oleh ibu Menkes, namun karena beliau berhalangan maka kata sambutan diwakili oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dr.H.Mohamad Subuh, MPPM.

Dr. H. Mohamad Subuh MPPM membuka simposium mewakili Menteri Kesehatan RI (dok.pribadi)
Beliau mengungkapkan, tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik sebagai upaya menurunkan angka penderita dan kematian akibat DBD dengan meningkatkan peran masyarakat berbasis keluarga. "Sebenarnya program ini sudah digaungkan sejak ADD 2015 yang lalu di Indonesia," ujarnya. Gerakan ini kemudian kembali digaungkan untuk mendapatkan dukungan dan peran serta masyarakat lebih luas lagi.

Sementara yang dimaksud Jumantik adalah juru pemantau jentik yang berasal dari anggota masyarakat yang mendapat pelatihan dari Puskesmas setempat untuk memantau keberadaan dan perkembangan jentik nyamuk guna mengendalikan penyakit DBD. Cara yang dilakukan jumantik yaitu melakukan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus: Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air, Memanfaatkan barang bekas, Plus Mencegah gigitan nyamuk.

Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik untuk Indonesia Bebas DBD (dok.Blogger Perempuan Network)

Untuk mensukseskan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik,  maka di setiap rumah harus ada  satu orang anggota keluarga yang berperan sebagai Jumantik. Jika setiap keluarga Indonesia rata-rata berjumlah 4 orang, dengan penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta, maka dengan gerakan ini diharapkan akan ada sekurang-kurangnya ada 65 juta Jumantik di Indonesia.

Asisten Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pengendalian Kependudukan yang hadir mewakili Gubernur DKI Jakarta menuturkan, seiring dengan perubahan iklim maka tampak kenaikan angka penderita DBD di Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia, serta di negara-negara lain. Tahun 2015 lalu, angka penderita DBD sudah sempat turun. Saat ini di Jakarta sudah ada lebih dari sekitar 30 ribu jumantik dari 30 RT.

Daerah Percontohan

Menurut Mohamad Subuh, salah satu daerah yang telah berhasil menerapkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik secara efektif adalah Tangerang Selatan. Hadir juga Hj. Airin Rachmi Diany, SH, MH, sebagai Walikota Tangerang Selatan saat itu.

Airin mengungkapkan rasa terimakasih kepada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang telah mempercayakan Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah percontohan yang nantinya akan terus dipantau dalam pencegahan DBD.

Walikota Tangerag Selatan, Airin Rachmi Diany saat konferensi pers (dok.Blogger Perempuan Network)
"Melalui kegiatan ini, kami berharap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik melalui sosialisasi DBD kepada masyarakat akan terus berlanjut, sehingga masyarakat akan lebih memperhatikan lingkungan sekitar dan kesehatan setiap anggota keluarga," jelasnya.

Saat ini daerah percontohan di Tangerang Selatang dilakukan pada 3 titik lokasi, dengan tanggungjawab pada Ketua RT dan RW. Keberhasilan dari daerah percontohan ini diharapkan akan disebarkan ke seluruh Indonesia pada tahun 2020.

Penghargaan untuk para jumantik (dok.Blogger Perempuan Network)
Salah satu kesulitan yang biasa ditemui Jumantik, menurut Airin, yaitu ketika harus memasuki daerah privat penduduk seperti kamar mandi yang ada di dalam rumah. Untuk itu perlu dibangun kesadaran bahaya DBD pada seluruh masyarakat. Airin mengatakan, wilayah Tangerang Selatan yang dipimpinnya sebagian besar wilayah perkotaan, jadi para petugas Jumantik atau pihak yang terlibat, harus memahami budaya masyarakat yang ada agar program berjalan lancar.

Cermat Mengenali Gejala DBD 

Selain mengupayakan pencegahan penyebaran DBD, masyarakat juga perlu memahami gejala-gejala DBD seawal mungkin untuk mencegah kematian. Menurut Prof. Dr. dr. Sri Rejeki Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), gejala awal DBD pada umumnya dikenali dari :
  • Demam tinggi
  • Nyeri kepala
  • Perdarahan pada kulit
  • Mimisan
  • Nyeri pada otot serta persendian. 
  • Pada anak seringkali disertai mual dan muntah, sehingga tidak mau makan.
Apabila tidak ditindaklanjuti akan membawa kepada kondisi syok dan perdarahan saluran cerna sehingga menyebabkan kematian. Hal lain sebagai penyebab kematian karena pasien datang terlambat. Oleh karena itu jika anak demam sekitar 3 hari tidak turun, segera bawa ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa lebih lanjut.

Kenali tanda dan gejala DBD sejak dini (dok.pribadi)
Menurut dr Sri, masyarakat sempat ketakutan dengan virus Zika yang sama-sama dibawah oleh nyamuk aedes padahal tingkat keparahannya lebih tinggi DBD. Urutannya yaitu DBD, Chikungunya baru Zika.

"Kita banyak ditakuti-takuti tentan Zika, padahal masih lebih berbahaya DBD dan Chikungunya. Tapi Zika harus diwaspadai pada ibu hamil karena dapat menyebabkan mikrosefali," ujar dr Sri. Mikrosefali adalah kondisi bayi lahir dengan ukuran kepala lebih kecil dan perkembangan otak yang tidak normal.

Portal Edukasi Dengue Mission Buzz

Selain sosialisasi kembali Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, kemarin juga diluncurkan portal edukasi Dengue Buzz Barometer untuk masyarakat  yang dapat diakses di http://denguemissionbuzz.org/ Portal ini merupakan sebagai bagian dari kampanye Dengue Mission Buzz yang diluncurkan dalam rangka #ASEANDengueDay 2015. Dengue Mission Buzz. Inisiatif ini diprakarsai Asian Dengue Vaccine Advocacy (ADVA) yang didukung penuh oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Sanofi Group Indonesia.

Peluncuran portal edukasi Dengue Mission Buzz (dok.Blogger Perempuan Network)
Didalam portal tersebut, masyarakat dapat memperoleh pengetahuan seputar dengue dengan mudah. Ada 5 bahasa yang dapat diakses masyarakat masing-masing negara, yaitu bahasa Indonesia, Thailand, dan bahasa Inggris untuk Malaysia, Philipina dan Singapura. Selain itu,portal ini juga memberikan informasi tentang kegiatan yang diadakan di Negara-negara ASEAN terkait dengan peringatan Hari Dengue ASEAN.

Salah satu cara yang menyenangkan untuk masyarakat dalam memperoleh pengetahuan dengue di portal yaitu dengan mengikuti kuis online. Penasaran? Silakan kunjungi portalnya.

Portal edukasi Dengue Mission Buzz (screenshot)
Saya pribadi secara rutin setiap satu minggu sekali mengecek bak mandi atau penampung air lain di rumah. Mengingat hanya perlu waktu sekitar 7-10 hari bagi nyamuk aedes berkembang dari telur menjadi jenting, kepompong hingga nyamuk dewasa. Jika sekiranya saya melihat ada jentik-jentik maka saya akan membuang airnya dan mencuci tempatnya, secepat mungkin. Selain itu, botol bekas ataupun ember bekas yang ada di sekitar rumah, saya usahakan untuk segera dibuang.

Harapan saya semua upaya Pemerintah dengan dukungan masyarakat dalam mencapai cita-cita Indonesia bebas DBD. Yuk kita dukung sama-sama.

"Tulisan ini adalah opini pribadi dan didukung oleh Sanofi Group Indonesia"

4 comments:

  1. Waaaaah walikota tangerang cantik yaaaa. Hihii. Alhamdulillah aku selalu rajin nguras bak mandi dan mulia sekarang bakal lebih aware sama genangan air di sekitar. Apalagi dah mendekati musim hujan yaaaa. Makasi infonya Maaaaak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaa, cantik ayu gitu bu Airin. Sama2 mak, makin waspada dgn genangan dan penyimpanan air.

      Delete

Terimakasih yaa ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...