Pages

Sunday, 6 December 2015

Kasih dari Ibu yang Tak Pernah Melahirkan Saya

Kalau berbicara soal ibu, jalan hidup saya bisa dibilang salah satu yang unik. Selama ini saya merasa punya dua ibu. Bukan berarti saya punya ibu tiri, juga bukan termasuk ibu mertua. Ibu saya yang satu ini, memang tak pernah melahirkan saya, namun rasa sayangnya sangat luar biasa untuk saya.

Ibu saya yang satu ini menunggui kelahiran saya, mengurus saya sejak bayi, menjaga saat saya sakit, memarahi saya jika saya berbuat salah dan setia mendampingi saya hingga saat ini. Ibu saya ini adalah asisten rumah tangga Mama yang kemudian sudah saya anggap ibu sendiri. Sekarang saya dan anak-anak memanggilnya dengan sebutan Nenek Eneng.

Nenek Eneng bersama dua anak saya dan seorang keponakan saat jalan-jalan (dok.pribadi)

Buat saya dan anak-anak, kedudukan Nenek Eneng sangatlah penting. Nenek Eneng yang akan mengurus rumah, membantu menjaga anak-anak saat saya bekerja dan sekaligus menjadi perpanjangan tangan saya di lingkungan rumah. Hehe kalau istilah kerennya, juru bicara kali ya. Dalam artian, seringkali saya berhalangan ikut arisan atau ada yang perlu disampaikan dari pengurus RT, nah Nenek Eneng akan mewakili saya gitu.

Nenek Eneng merupakan seorang wanita dengan karakter kuat dan punya prinsip. Kekecewaan terhadap pengkhianatan suami kemudian membawanya ke rumah kami. Saat itu, saya belum dilahirkan. Setelah beberapa waktu beliau di rumah Mama, baru deh saya ada dalam perut Mama. Nenek Eneng yang akan mengantar Mama berjalan-jalan di sekitar kompleks dan membuatkan rujak. Begitu pula saat akan melahirkan, Nenek Eneng yang menunggui Mama sampai kamar persalinan.

Mama dan Nenek Eneng, dua orang wanita paling berpengaruh dalam hidup saya (dok.pribadi)
Saat saya kecil, Nenek Eneng merupakan yang paling setia menunggui ketika saya sakit. Pernah saya sakit cukup berat, sehingga membuatnya begadang beberapa malam sampai kehabisan suara. Begitu pula saat ada yang mengganggu saya, dia yang akan membela dan menghibur saya.

Bahkan kadang saya merasa beberapa kepribadian saya mengambil dari contoh beliau. Mama saya tergolong lembut dan tidak cepat marah, sebaliknya dari saya. Dan Nenek Enenglah yang sama keras dan bersumbu pendek seperti saya. Dari beliau pula sepertinya saya berani berkata benar, meski terkadang konsekuensinya tidak menyenangkan. Jujur adalah kelebihannya nomor satu. Saya tak pernah risau menaruh benda berharga apa pun di dalam rumah, karena mengetahui beliau sangat jujur.

Tapi Nenek Eneng bisa sangat menyebalkan saat saya menjadi remaja. Dia akan lebih galak dibandingkan Mama saat melarang bermain. Lebih teliti melihat teman-teman mana yang baik atau tidak. Bahkan, saat saya menentukan pasangan, Nenek Eneng merupakan salah satu faktor penentu hahaha :) Alhamdulilllah pilihan saya dan Nenek Eneng untuk urusan satu ini sangat tepat *lirik Ayah*

Para wanita dari keluarga saya, eh ada jagoan kecil yg nyempil nih (dok. pribadi)
Itu sebabnya saya merasa sangat beruntung, saat ibu-ibu lain kebingungan siapa yang menjaga anak dan rumah, saya tidak sampai mengalaminya. Anak-anak saya juga sangat menyayanginya. Hanya saja, sekarang saya perlu menambah tenaga untuk membantu mencuci dan menyetrika, karena Nenek Eneng sudah mengeluh sakit di kakinya.

Saat ini usianya sudah 56 tahun, seringkali asma dan rematiknya kambuh. Apalagi Nenek Eneng juga susah sekali dibawa ke dokter. Males ah minum obatnya, begitu katanya. Kalau sudah sakit, maka beragam ramuan obat dari buah atau tanaman yang jadi sasarannya. Biasanya saya kemudian membantu dengan memberi vitamin.

Doa saya semoga Nenek Eneng tetap sehat, bisa mencapai niatnya untuk umroh dan naik haji dan terkabul doa terbaiknya dirinya, keluarganya dan untuk kami semua. Aaamiin.

*Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Sejuta Kasih Ibu dan jika menang nanti, hadiah akan dipersembahkan untuk Nenek Eneng sebagai pengasuh saya dan anak-anak yang terbaik.

**Alhamdulillah artikel ini berhasil memenangkan hadiah buket bunga yang cantik. Meskipun hadiahnya tidak dapat saya persembahkan untuk Nenek Eneng, namun mempercantik rumah seorang sahabat yang sedang merayakan Natal. Terimakasih Mbak Rosi dan para juri :)

16 comments:

  1. Berkaca-kaca mbacanya.
    Salam hormat buat nenek eneng.
    Benar, kasi ibu tak terbatas pertalian darah.
    Salam hormat buat Nenek Eneng dan Mama di rumah.
    Nantikan informasi lomba GA di rosimeilani.com
    Terima kasih atas partisipasinya

    ReplyDelete
  2. Hwuaaa....
    Lap air mata.

    Semoga menang ya, Mak.

    Titip salam buat Nenek Eneng semoga bisa segera naik haji

    ReplyDelete
  3. semoga doanya terkabul...aamiin...

    ReplyDelete
  4. Jadi inget si mpok yg udh lbh dr 10 thn bekerja di rumah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mereka udah seperti keluarga kita sendiri ya mak. Kalo pulang, jd ngerasa kehilangan banget.

      Delete
  5. Amin amin untuk doanya mba. Semoga di ijabah Allah

    ReplyDelete
  6. Salam hangat buat nenek Eneng. Bahagia memiliki seseorang yang setia menmani ya, sekalipun bukan ibu sendiri, namun kedekatan batin terjalin sejak lahir, itu bagai benang yang tak terputus. Semoga Nenek Eneng cepat sembuh. Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Alhamdulillah, saya sudah tidak anggap sbg orang lain. Bahkan kalau saya sakit, beliau bisa merasakan kalau saat jauh. Terimakasih sudah mampir yaa :)

      Delete
  7. Amiin ya robbal alamin...
    semoga nenek enang tetap diberikan kesehatan oleh-Nya
    dan mencapai impiannya, Amin.. ^_^
    Salam kenal, bunda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Makasih doanya. Salam kenal juga Mbak Rohma :)

      Delete
  8. Waaahhh setia sekali si nenek eneng ini yaa.

    ReplyDelete

Terimakasih yaa ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...