Pages

Saturday 27 October 2012

Posting (gak) penting di Hari Blogger Nasional

Assalamualaikum. Selamat sore di hari Sabtu yang hujan rintik-rintik dan suara teriakan anak2 saya yang sedang main dengan Ayahnya. Apa kabar pemirsa? hehe bukan ikut2an Tukul tapi tiap saya masuk blog, ada tulisan Pemirsa untuk tahu pembaca dari mana aja.

Oh ya, untuk para blogger tgl 27 oktober ini diperingati sebagai Hari Blogger Nasional, selamat yaa :) Semoga semakin rajin menulis dan update, gak males2an dan semoga panjang umur dan bahagia (macam ucapan ultah ya).

Sesorean ini saya habis blogwalking ke blog temen2 terutama yang soal masak memasak (cieeeeee...sok rajin). Ini lantaran saya  sering kehabisan ide untuk bawa bekal makan siang anak saya yang di sekolahnya gak punya kantin, dan niatnya sih pengen lebih sehat.

Baca punya baca, ternyata giveaway alias bagi hadiah untuk para pembaca eh pemirsa itu bikin seneng ya. Apalagi kalau topiknya dan masukannya bisa berguna bagi nusa dan bangsa :D Sejak saat ini, saya jadi mikir, bikin giveaway apaan ya? Baiklah sementara saya mikir, mendingan saya ikutan dulu giveaway dan lomba blog yang ada (hihihii alesan pembenar, biar gak disebut pecinta gratisan).

Saya juga jadi pengen melengkapi blog saya dengan foto2 aah, biar keyeen kaya blog orang gituuu. Mohon doa dan dukungannya yaa :)

Tuesday 23 October 2012

Kenapa sih Ortu Harus Peduli Sistem Pendidikan?

Assalamualaikum. Selamat siang. Apa kabar teman-teman semua? Semoga baik, sehat dan dalam lindungan Allah SWT. Siang ini saya ingin mengajak teman-teman, terutama yang sudah jadi orangtua, mengenai sistem pendidikan untuk anak2nya.

Saya sendiri baru bener2 ngeh soal sulitnya mencari sekolah dengan sistem pendidikan ideal untuk anak saya, Aylaa. Pada waktu TK, saya tidak terlalu ribet, asalkan tidak terlalu memaksa belajar berlebihan dan anak saya senang berangkat ke sekolah, sudah cukup.

Lain halnya ketika Aylaa sudah lulus TK dan hendak masuk SD. Pusing tujuh keliling. Terutama, soal umurnya yang baru akan menginjak 5 tahun 8 bulan saat tahun ajaran baru. Jangankan sekolah negeri, sekolah swasta saja banyak yang nolak :( Jadilah saya putar otak.

Ingat punya ingat. Saya pernah mewawancarai seorang Psikolog yang mendirikan sekolah berdasarkan idealismenya yaitu sekolah inklusif. Apa sih sekolah inklusif? Gampangnya, inklusif itu lawan kata dari eksklusif. Kalau eksklusif itu terbatas untuk sebagian orang maka, inklusif itu ya sebaliknya, diperuntukkan untuk semua orang. Meskipun pada prakteknya, memang gak untuk semua orang banget sih.

Penjajakan saya untuk memasukkan anak saya sekolah ke sana juga tidaklah sebentar. Tes untuk anak saya juga sekitar 3 kali untuk uji kematangan psikologi dan lain2.

Nyatanya, saya merasa sangat sreg dengan sistem pendidikan inklusif yang diberlakukan tersebut. Memang didalam kelas anak saya bersama dengan teman2nya yang berkebutuhan khusus (ABK). Tapi, hal tersebut justru dapat menguntungkan anak2 dari kedua belah pihak. Anak2 normal dapat terasah empatinya dan anak2 berkebutuhan khusus dapat terpacu untuk menjadi lebih baik sebagaimana teman2nya yang normal.

Aahh kalau saya ceritakan, bakalan paanjaaaang dan lamaaaa (hehe kaya iklan ya). Kebetulan sekolah tersebut yaitu SDIT Lentera Insan sudah membuat buku mengenai sistem pendidikan inklusifnya. Ada juga resensinya di link berikut http://plazabuku.wordpress.com/2012/10/22/pendidikan-yang-membebaskan/

Yang tertarik, silakan cekidot. Untuk yang tertarik beli buku atau mencari tahu tentang sekolah ataupun sistem pendidikannya bisa langsung ke link berikut http://www.lenterainsan.com/

Terimakasih sudah mampir dan baca yaa :)

Thursday 4 October 2012

Proses Pembelajaran Itu Bernama Mengajar

Hai apa kabar semua? Semoga sehat dan baik-baik saja. Syukur alhamdulillah saya dan keluarga juga begitu. Oh ya, sejak bulan September kemarin saya dipercaya sebagai instruktur Klub Menulis di salah satu sekolah di Depok. Tepatnya, di SDIT Lentera Insan.

Kok bisa sih? Kebetulan saya kenal dengan pendiri sekolah tersebut karena pernah saya wawancarai sewaktu masih menjadi wartawan di harian Seputar Indonesia. Kemudian, anak saya juga baru masuk di SD tersebut, jadi hubungan silaturahimnya lumayan dekat.

Judul saya diatas memang benar-benar apa yang saya rasakan. Setiap kali akan mengajar, menyiapkan materi dan berada di kelas dengan para siswa klub menulis, saya merasakan saya juga belajar. Saya belajar lagi mengenai berbagai penulisan, saya belajar memahami masing-masing siswa dan saya juga belajar tentang diri saya sendiri sebagai seseorang yang suka menulis.

Menulis bagi saya layaknya mencurahkan apa yang ada dalam otak sekaligus dari dalam hati. Seperti yang selalu saya ingatkan kepada para siswa di klub menulis saya, tulisan yang baik adalah yang berasal dari hati.

Menulis bagaikan mengambil intisari dari berbagai pemikiran yang sliweran di otak, menyaringnya dengan rasa yang dimiliki oleh hati untuk dikomunikasikan oleh jemari menjadi kata-kata yang dapat dipahami. Sungguh, menulis sebenarnya merupakan sebuah proses yang tidak sederhana namun tidak sulit. Sebagaimana moto saya dan anak-anak klub menulis tiap kali memulai dan mengakhiri pertemuan di kelas, "Menulis itu mudah dan menyenangkan". Ya, hal itu yang ingin saya tanamkan kepada anak-anak.

Anak saya sendiri, Rachma Aylaa Santoso saat ini masih duduk di kelas 1. Berdasarkan tes kecerdasan yang dilakukan di sekolah berdasar pada beberapa jenis kecerdasan, hasilnya kecerdasan tertingginya yaitu cerdas bahasa, diikuti cerdas gerak dan cerdas matematika dan ruang. Padahal saya sebagaimana ibu2 yang lain, hanya membantunya belajar membaca dan menulis, gak terlalu istimewa. Ibu2 yang lain bilang, "Dasar anak wartawan, ya anaknya juga gak jauh2. Buah memang jatuh gak jauh dari pohon". Hehe mungkin sejak dari perut, Aylaa sering denger ibunya wawancara dan nemenin ibu nulis berita kali yaa :)

Anyway, saya jadi teringat kedua kakek saya. Keduanya adalah guru. Mungkin juga ada bakat jadi guru dalam diri saya. Yang pasti adalah saya merasakan setiap kali mengajar sebagai proses pembelajaran untuk saya, waktu berlalu tanpa terasa saat sedang bersama anak-anak di klub menulis. Itu tandanya saya sangat menikmati waktu tersebut bukan? Hehe semacam kalau kita sedang bersama orang yang kita sayangi gitu.

Wah sudah tengah malam nih, seperti halnya mengajar, menulis seringkali membuat saya lupa waktu, termasuk saat ini. Selamat malam.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...